Menjadi Orang Tua di Tengah Krisis: Dilema Asesmen dalam Film 'The Assessment'

Dilema Menjadi Orang Tua di Dunia yang Terbatas: Ulasan Film 'The Assessment'

Film 'The Assessment' membawa penonton ke dunia distopia yang suram, di mana sumber daya alam menipis dan populasi manusia harus dikendalikan secara ketat. Di tengah krisis ini, Mia dan Aaryan, pasangan suami istri yang sangat mendambakan kehadiran buah hati, harus menghadapi proses seleksi yang ketat untuk mendapatkan izin menjadi orang tua. Asesmen yang mereka jalani dipimpin oleh Virginia, seorang asesor misterius yang menguji kelayakan mereka secara mendalam.

Premis film ini, meski berlatar dunia distopia, mengangkat isu yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Overpopulasi menjadi masalah krusial yang dihadapi banyak negara, dan berbagai upaya dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Namun, 'The Assessment' menawarkan sudut pandang yang unik dengan mengeksplorasi konsekuensi dari kontrol populasi yang ekstrem, di mana hak asasi untuk memiliki anak dipertanyakan.

Penonton diajak untuk merasakan tekanan dan ketidaknyamanan yang dialami Mia dan Aaryan selama menjalani asesmen. Mereka harus menjawab pertanyaan-pertanyaan pribadi yang menyangkut latar belakang hingga kehidupan seksual mereka. Bahkan, sampel urine dan sperma mereka pun diperiksa. Serangkaian tes ini tentu saja menimbulkan perasaan risih dan terintimidasi.

Ketegangan semakin meningkat ketika Virginia melakukan simulasi peran sebagai anak-anak yang sulit diatur. Mia dan Aaryan harus menunjukkan kesabaran dan kemampuan mereka dalam menghadapi perilaku anak-anak yang menjengkelkan. Semua ini dilakukan demi mendapatkan persetujuan untuk menjadi orang tua.

Visualisasi dunia distopia dalam 'The Assessment' patut diacungi jempol. Tim produksi berhasil menciptakan gambaran lingkungan yang futuristik namun juga tandus dan suram. Cerita dituturkan dengan tempo yang pas, memungkinkan penonton untuk memahami latar belakang dunia dan karakter-karakternya.

Penampilan Elizabeth Olsen sebagai Mia sangat memukau. Ia berhasil menghadirkan sosok wanita yang memiliki keinginan kuat untuk menjadi ibu, namun juga rapuh dan penuh keraguan. Alicia Vikander juga tampil meyakinkan sebagai Virginia, asesor yang misterius dan sulit ditebak.

Menjelang akhir, film ini bertransformasi menjadi drama thriller psikologis yang menegangkan. Dengan plot twist yang mengejutkan, 'The Assessment' berhasil membuat penonton merenungkan makna menjadi orang tua. Film ini mengajak kita untuk mempertimbangkan bahwa keputusan untuk memiliki anak bukan hanya masalah pribadi, tetapi juga memiliki dampak yang besar bagi orang lain dan lingkungan.

'The Assessment' membuka ruang diskusi yang menarik tentang isu childfree dan tanggung jawab dalam memiliki keturunan, tanpa menghakimi pilihan individu.

Aspek Teknis yang Menonjol

  • Visualisasi Distopia: Desain produksi yang apik berhasil menghadirkan dunia masa depan yang futuristik namun suram, dengan bangunan-bangunan modern di tengah lanskap yang kering dan gersang.
  • Tempo Penceritaan: Alur cerita yang tidak terburu-buru memungkinkan penonton untuk memahami latar belakang dunia dan karakter, serta merasakan ketegangan yang meningkat secara bertahap.
  • Akting Memukau: Elizabeth Olsen dan Alicia Vikander memberikan penampilan yang kuat dan meyakinkan, menghidupkan karakter-karakter yang kompleks dan penuh dilema.

Pertanyaan yang Muncul Setelah Menonton

  • Sejauh mana negara berhak mengatur hak individu untuk memiliki anak?
  • Apa saja faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menjadi orang tua?
  • Bagaimana kita menyeimbangkan antara keinginan pribadi dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat?

'The Assessment' bukan hanya sekadar film hiburan, tetapi juga sebuah karya yang menggugah pikiran dan memicu perdebatan tentang isu-isu penting yang relevan dengan masa depan kita.