Upaya Dekarbonisasi Industri: Sektor Swasta Didorong Turunkan Emisi, Kontribusi Industri Capai 34 Persen Emisi Gas Rumah Kaca
Sektor industri di Indonesia memegang peranan signifikan dalam emisi gas rumah kaca, mencapai angka 34 persen secara langsung. Hal ini menjadikan dekarbonisasi industri sebagai langkah krusial dalam menjaga stabilitas suhu bumi dan mencegah dampak perubahan iklim yang semakin parah. Data tersebut disampaikan oleh Arif Utomo, perwakilan World Resources Institute (WRI), dalam forum Climate Solutions Partnership (CSP) di Jakarta.
Arif menjelaskan bahwa dampak krisis iklim sudah terasa nyata. Kenaikan suhu global telah mencapai 1,5 derajat Celcius sejak era industrialisasi, dan jika ambang batas ini terlampaui, konsekuensi berupa bencana alam ekstrem akan semakin sering terjadi. Bencana-bencana tersebut termasuk banjir, kekeringan, kebakaran hutan, badai, dan tanah longsor dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Kesepakatan Paris menargetkan untuk menjaga kenaikan suhu bumi tidak melebihi 1,5 derajat Celcius. Salah satu strategi utamanya adalah mengurangi emisi dari sektor industri secara signifikan. Arif menekankan bahwa angka 34 persen tersebut hanya mencakup emisi langsung. Jika memperhitungkan seluruh rantai pasok dan proses, mulai dari konsumsi energi hingga pengolahan limbah, kontribusi sektor industri terhadap emisi global dapat mencapai 74,5 persen.
CSP mengusung tiga pendekatan utama untuk mendorong dekarbonisasi industri di Indonesia:
- Meningkatkan Ambisi Sektor Swasta: Mendorong perusahaan swasta untuk menetapkan target penurunan emisi yang lebih ambisius. Salah satu contohnya adalah kerja sama dengan Angkasa Pura untuk membantu perusahaan tersebut mencapai target net zero.
- Demonstrasi Transisi Energi: Menunjukkan bagaimana sektor usaha dapat menjalankan proses transisi energi dengan sukses. CSP bekerja sama dengan merek fesyen H&M dan mitra pemasoknya, Kahatex, untuk mewujudkan hal ini.
- Membuka Peluang Bisnis Rendah Karbon: Menciptakan peluang bisnis baru yang berkelanjutan dan memperkuat akses terhadap pendanaan untuk mendukung transisi energi. CSP bekerja sama dengan PLN untuk menyediakan opsi energi bersih bagi perusahaan.
WWF dan WRI juga berupaya merumuskan opsi pembiayaan iklim yang menarik bagi perusahaan pendanaan. Rizkia Sari Yudawinata dari WWF mengakui bahwa minimnya jaminan keuntungan menjadi tantangan dalam menarik investasi ke proyek-proyek transisi energi.
Arif Utomo menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dan komunikasi positif untuk mendorong dekarbonisasi industri. Ia meyakini bahwa proses ini bukan hanya tentang mengurangi emisi, tetapi juga tentang meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global dan mendukung target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah.