Dekarbonisasi Industri Indonesia Terhambat: Tantangan dan Solusi Menurut Climate Solutions Partnership
Tantangan Dekarbonisasi Sektor Industri di Indonesia
Upaya dekarbonisasi sektor industri di Indonesia menghadapi sejumlah kendala signifikan, terutama dalam mencapai target penurunan emisi yang sejalan dengan komitmen global. Climate Solutions Partnership (CSP) menyoroti tiga tantangan utama yang menghambat kemajuan ini: kurangnya panduan teknis yang jelas, ketiadaan kebijakan komprehensif untuk transisi energi, dan terbatasnya akses terhadap pendanaan yang berkelanjutan.
Menurut riset internal CSP, sektor industri merupakan penyumbang emisi karbon terbesar, mencapai 74,5% dari total emisi nasional. Kontribusi ini secara signifikan mempercepat peningkatan suhu bumi, yang telah mencapai 1,5 derajat Celcius dan berpotensi memicu dampak domino yang membahayakan keberlangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, dekarbonisasi menjadi imperatif untuk menjaga suhu global di bawah ambang batas kritis.
Kurangnya pemahaman tentang cara mengakses pendanaan privat untuk mendukung transisi energi menjadi salah satu penghalang utama. Survei yang dilakukan CSP menunjukkan bahwa lebih dari separuh (54%) dari 22 sektor usaha belum memahami mekanisme pendanaan yang tersedia untuk memfasilitasi transisi energi. Kondisi ini menghambat kemampuan perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi dan praktik yang lebih ramah lingkungan.
Solusi dan Dukungan untuk Transisi Energi
Menyadari tantangan tersebut, CSP berupaya memberikan dukungan teknis dan finansial untuk membantu pelaku industri melakukan transisi energi. Dukungan ini mencakup pelatihan dan pendampingan bagi sektor industri dan lembaga keuangan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang transisi energi dan memfasilitasi kolaborasi antara kedua belah pihak.
WWF, sebagai bagian dari CSP, menekankan pentingnya pemahaman mendasar tentang emisi yang dihasilkan oleh perusahaan. Perusahaan perlu menyusun rencana tujuan dan peta jalan pengurangan emisi yang selaras dengan Perjanjian Paris. Dengan memiliki peta jalan yang jelas, perusahaan dapat mengidentifikasi area-area di mana mereka dapat mengurangi konsumsi energi tinggi emisi.
Di tingkat praktis, CSP memberikan pendampingan kepada perusahaan tekstil untuk menunjukkan bagaimana proses transisi dapat dilakukan. Selain itu, CSP juga memberikan edukasi kepada lembaga keuangan mengenai peran mereka sebagai pendukung keberhasilan transisi energi di sektor industri. Edukasi ini mencakup pemahaman tentang risiko dan peluang investasi dalam proyek-proyek energi bersih.
Peran Biomassa dan Kebijakan yang Mendukung
Penggunaan biomassa sebagai alternatif pengganti batu bara dalam produksi energi juga menjadi perhatian. Meskipun dianggap sebagai sumber energi terbarukan, biomassa tidak sepenuhnya net-zero dan tetap dapat menyumbang efek rumah kaca. Oleh karena itu, kebijakan yang memastikan bahwa biomassa yang digunakan benar-benar rendah emisi dan berdampak positif terhadap lingkungan sangat diperlukan.
Secara keseluruhan, dekarbonisasi industri di Indonesia merupakan tantangan besar yang memerlukan komitmen lintas sektor dan dukungan kebijakan yang selaras. Dengan mengatasi hambatan-hambatan yang ada dan memanfaatkan peluang yang tersedia, Indonesia dapat mencapai target penurunan emisi dan berkontribusi pada upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.