Gelombang Likuidasi Aset Mewah Terjadi di Hong Kong: Diduga Terkait Tekanan Utang
Kabar mengejutkan datang dari Hong Kong, di mana sejumlah tokoh terkemuka dan pemilik bisnis besar dilaporkan tengah melepas aset properti mewah mereka. Fenomena ini memicu spekulasi mengenai kondisi ekonomi dan pasar properti di pusat keuangan Asia tersebut.
Salah satu nama yang mencuat adalah Chan Ping Che, dikenal sebagai 'Raja Kaset' atas kesuksesannya di industri musik. Chan terpaksa menjual vila mewahnya yang menghadap laut dengan harga HK$ 340 juta (sekitar Rp 709,2 miliar) setelah gagal memenuhi kewajiban pinjaman sebesar HK$ 350 juta kepada Fubon Bank Hong Kong. Properti yang telah menjadi kediamannya sejak tahun 1980-an itu, diserahkan kepada kurator setelah upaya penjualan di akhir tahun 2023 tidak membuahkan hasil. Sebelumnya, Chan juga telah menjual dua lantai gedung perkantoran kepada DBS Bank senilai lebih dari HK$ 1,3 miliar (Rp 2,7 triliun) di tahun 2024, meskipun menurut media lokal, harga tersebut lebih rendah dari harga pembelian awalnya.
Selain Chan, Jacinto Tong, CEO Gale Well Group, juga menjual penthouse mewahnya seharga HK$ 138 juta (Rp 287,8 miliar) pada bulan April. Tong dan saudarinya, Rita Tong, dilaporkan telah menjual berbagai aset properti, termasuk rumah mewah, ruang perkantoran, dan ruang ritel, dengan total nilai mencapai HK$ 2,2 miliar (Rp 4,5 triliun) pada tahun 2025.
Tren penjualan aset mewah ini juga melibatkan keluarga Ho Shung Pun, salah satu keluarga terkemuka di Hong Kong. Keluarga ini dilaporkan menjual tujuh rumah mewah di kawasan elit untuk melunasi pinjaman pribadi.
Data dari Pemerintah Hong Kong menunjukkan bahwa pasar properti di wilayah tersebut sedang mengalami tekanan akibat suku bunga yang tinggi dan permintaan yang lesu. Kondisi ini telah menyebabkan penurunan harga rumah sebesar 29% dari puncak tertinggi pada tahun 2021.
Meski suku bunga mulai menunjukkan tren penurunan, harga rumah di Hong Kong masih berada di dekat level terendah dalam delapan tahun terakhir, menurut Centaline Property Centa-City Leading Index. Sementara itu, Colliers International memperkirakan bahwa sewa ruang perkantoran akan turun sebesar 8-10% tahun ini karena peningkatan tingkat kekosongan.
Christopher So, mitra di PricewaterhouseCoopers di Hong Kong, menjelaskan bahwa banyak investor menggunakan leverage untuk membeli properti tambahan, yang dapat meningkatkan keuntungan saat harga naik, tetapi juga memperbesar kerugian saat harga turun. Seiring dengan melemahnya pasar, permintaan dan imbal hasil sewa juga menurun, yang berdampak pada arus kas untuk pembayaran utang dan meningkatkan risiko gagal bayar.
Laporan dari Savills menunjukkan adanya peningkatan transaksi pembelian hunian mewah sejak akhir tahun 2024, namun harga rumah tidak mengalami kenaikan yang signifikan karena banyaknya pasokan aset bermasalah di pasar.