Inovasi BRIN: Limbah Plastik Diubah Menjadi Bahan Bakar Berkualitas Tinggi dengan Angka Cetane Unggul
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi dengan Bank Sampah Banjarnegara, Jawa Tengah, berhasil mengembangkan bahan bakar alternatif dari limbah plastik melalui proses yang inovatif. Bahan bakar yang diberi nama petasol ini memiliki angka cetane (CN) 54, melampaui standar minimal bahan bakar solar premium.
Peneliti Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, Tri Martini, menjelaskan bahwa petasol dihasilkan melalui proses fast pyrolysis dengan memanfaatkan berbagai jenis sampah plastik. Hasil pengujian oleh Sucofindo menunjukkan angka cetane 54, yang diperoleh melalui modifikasi bahan baku yang digunakan dalam proses tersebut. Uji kualitas petasol melibatkan 18 parameter yang ditetapkan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Hasilnya menunjukkan bahwa petasol memenuhi standar kualitas, termasuk angka cetane, berat jenis, kandungan sulfur, dan viskositas.
Tri Martini menekankan bahwa pengembangan petasol bukan semata-mata untuk bersaing dengan bahan bakar konvensional, melainkan sebagai solusi untuk mengurangi limbah plastik yang tidak memiliki nilai ekonomi. Proses pengolahan sampah menjadi petasol bertujuan untuk menciptakan produk bernilai tambah yang dapat dimanfaatkan kembali, sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular.
Endi Rudianto, perwakilan Bank Sampah Banjarnegara, mengungkapkan bahwa petasol telah dimanfaatkan sehari-hari untuk membantu petani dan nelayan yang membutuhkan bahan bakar. Selain itu, petasol juga dapat digunakan pada berbagai mesin diesel, termasuk kendaraan. Bahkan, Bank Sampah Banjarnegara telah menggunakan petasol sebagai bahan bakar operasional untuk kendaraan mereka selama hampir empat tahun.
Inisiatif ini menunjukkan potensi besar limbah plastik sebagai sumber energi alternatif yang berkelanjutan, sekaligus memberikan solusi inovatif untuk masalah lingkungan dan kebutuhan energi masyarakat.