Konflik Manusia dan Satwa Liar Meningkat: Kera Ekor Panjang Teror Lahan Pertanian di Lereng Merbabu

Kecemasan melanda para petani di lereng Gunung Merbabu, khususnya di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Kawanan kera ekor panjang, yang sebelumnya hanya menghuni kawasan hutan, kini semakin berani memasuki lahan pertanian dan bahkan permukiman warga, menyebabkan kerugian yang signifikan.

Menurut laporan dari Agus Surolawe, Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Pandhu Kopeng, intensitas serangan kera ekor panjang ini terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Hewan-hewan tersebut tidak hanya memakan hasil panen, tetapi juga merusak tanaman, memperparah kerugian yang dialami oleh para petani.

"Serangan paling parah terjadi di Desa Tajuk, Desa Kopeng, dan Dusun Pulihan. Kera-kera itu memakan sayuran siap panen seperti kol, wortel, dan umbi-umbian," ungkap Agus.

Kondisi ini diperburuk dengan fakta bahwa kera-kera tersebut juga merusak tanaman tembakau, meskipun tidak memakannya. Tindakan ini jelas menimbulkan kerugian ganda bagi petani, yang harus kehilangan hasil panen dan juga menghadapi kerusakan pada tanaman yang belum siap panen.

Di wilayah Kopeng, kawanan kera dari hutan Tuk Songo juga dilaporkan mulai menjarah tanaman pekarangan rumah warga, seperti jipang (labu siam) dan buah-buahan lainnya. Yang lebih mengkhawatirkan, kera-kera ini semakin tidak takut dengan kehadiran manusia dan tidak lagi menghiraukan upaya penghalauan yang dilakukan oleh warga.

"Kawanan kera liar ini menyasar buah jipang atau labu siam dan buah. Mereka ini juga tidak takut lagi meski beberapa kali dihalau," jelas Agus.

Fenomena ini diduga kuat disebabkan oleh menipisnya sumber makanan di habitat alami kera ekor panjang, yaitu di kawasan hutan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb). Kondisi ini memaksa mereka untuk mencari sumber makanan alternatif di luar hutan, yang sayangnya berujung pada konflik dengan manusia.

Warga telah melaporkan kejadian ini kepada pemerintah daerah dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), namun hingga saat ini belum ada tindakan konkret yang diambil. Para petani berharap agar pemerintah dan instansi terkait segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini, sehingga kerugian yang lebih besar dapat dicegah dan keseimbangan antara manusia dan satwa liar dapat terjaga.