Israel Klaim Berhasil Melenyapkan Mohammed Sinwar, Komandan Hamas di Gaza

Pemerintah Israel, melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengumumkan bahwa Mohammed Sinwar, seorang tokoh kunci dalam jajaran komando militer Hamas di Gaza, telah tewas dalam operasi militer yang dilancarkan oleh pasukan Israel. Pernyataan ini disampaikan dalam pidato Netanyahu di hadapan parlemen Israel, bersamaan dengan penyebutan nama-nama pemimpin Hamas lain yang diklaim telah dieliminasi selama 20 bulan terakhir konflik.

"Mohammed Sinwar telah dihabisi," tegas Netanyahu dalam pidatonya, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai waktu dan lokasi kejadian. Hingga saat ini, Hamas belum memberikan tanggapan atau konfirmasi resmi terkait klaim kematian tokoh penting tersebut.

Mohammed Sinwar dikenal sebagai figur sentral dalam struktur militer Hamas. Ia merupakan adik dari Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza yang dilaporkan tewas pada awal tahun 2024 akibat serangan Israel.

Lahir di Khan Younis, Gaza, pada tanggal 16 September 1975, Sinwar tumbuh dalam situasi pengungsian akibat Perang Arab-Israel 1948, sebuah peristiwa yang dikenal oleh warga Palestina sebagai Nakba, yang berarti tragedi pengusiran massal. Pendidikan formalnya ditempuh di sekolah-sekolah yang dikelola oleh UNRWA, badan PBB yang fokus pada penanganan pengungsi Palestina.

Karier militernya dimulai pada akhir 1980-an, tak lama setelah Hamas didirikan. Berkat pengaruh kakaknya, yang sebelumnya aktif di Ikhwanul Muslimin, Mohammed Sinwar dengan cepat naik menjadi salah satu komandan terkemuka di Brigade Khan Younis, sebuah unit elite di sayap militer Hamas. Brigade ini bertanggung jawab atas berbagai serangan terhadap Israel, termasuk peluncuran roket dan penempatan alat peledak di sepanjang perbatasan Gaza-Israel.

Pada tahun 2006, ia disebut-sebut sebagai tokoh kunci di balik penculikan tentara Israel, Gilad Shalit, yang kemudian dibebaskan melalui pertukaran dengan lebih dari 1.000 tahanan Palestina.

Mohammed Sinwar juga diyakini sebagai salah satu otak di balik serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, sebuah insiden yang memicu konflik besar yang telah berlangsung selama 20 bulan terakhir. Setelah kematian Yahya Sinwar, Mohammed mengambil alih posisi kepemimpinan militer Hamas di Gaza, menjadikannya target utama bagi militer Israel.

Beberapa upaya pembunuhan telah dilakukan terhadapnya, termasuk serangan udara dan penggunaan alat peledak yang disamarkan, seperti batu bata di area pemakaman. Jika kabar kematian Mohammed Sinwar benar, ini akan menjadi pukulan signifikan bagi Hamas.

Namun, dampaknya terhadap struktur internal dan strategi kelompok tersebut masih belum jelas, terutama dalam konteks negosiasi gencatan senjata yang sedang berlangsung. Izz Al Din Haddad, pemimpin operasi Hamas di Gaza utara yang dikenal dekat dengan Sinwar, disebut-sebut sebagai salah satu kandidat pengganti.

Israel berharap dengan melenyapkan tokoh-tokoh senior Hamas, kelompok tersebut akan melemah secara signifikan. Meskipun demikian, Hamas terus menunjukkan ketahanan, meskipun sebagian besar wilayah dan infrastruktur di Gaza telah hancur akibat agresi militer Israel.