Penundaan Pengangkatan CASN 2024: Dampak Ekonomi Triliunan Rupiah dan Ancaman Resesi

Penundaan Pengangkatan CASN 2024: Dampak Ekonomi Triliunan Rupiah dan Ancaman Resesi

Penundaan pengangkatan Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) 2024 selama sembilan bulan, dari Maret hingga Oktober 2025, telah menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan, demikian temuan Center of Economic and Law Studies (CELIOS). Studi yang dilakukan CELIOS mengungkapkan dampak yang meluas, tidak hanya bagi para CASN yang terdampak, tetapi juga bagi perekonomian nasional secara keseluruhan. Analisis ini memberikan gambaran yang mengkhawatirkan tentang potensi resesi ekonomi yang diperparah oleh kebijakan ini, terlebih di tengah tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal yang sedang terjadi.

Dampak Langsung pada CASN:

Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira Adhinegara, memaparkan bahwa kerugian terbesar langsung dirasakan oleh para CASN yang telah mengundurkan diri dari pekerjaan sebelumnya dengan harapan dapat segera bergabung sebagai ASN. Sembilan bulan masa tunggu ini memaksa mereka menjadi pengangguran semu, kehilangan pendapatan yang seharusnya mereka terima. CELIOS memperkirakan rata-rata gaji pokok ASN golongan 0-3 tahun sebesar Rp 3,2 juta. Dengan mempertimbangkan potongan pajak dan berbagai tunjangan, pendapatan bersih diperkirakan mencapai sekitar Rp 3 juta per bulan. Dengan demikian, setiap CASN berpotensi kehilangan pendapatan sebesar Rp 27 juta selama periode penundaan. Melihat jumlah formasi CASN 2024 sebanyak 250.407, total kerugian pendapatan para CASN mencapai angka yang fantastis, yaitu Rp 6,76 triliun.

Dampak Berantai pada Perekonomian Nasional:

Namun, dampak penundaan pengangkatan CASN tidak berhenti pada kerugian individu. CELIOS menggunakan metode Input-Output (IO) untuk memodelkan dampak berganda terhadap perekonomian. Hasilnya menunjukkan kerugian total output ekonomi mencapai Rp 11,9 triliun. Pendapatan masyarakat secara keseluruhan turun sebesar Rp 10,4 triliun akibat berkurangnya daya beli para CASN. Para pelaku usaha juga turut merasakan dampak negatifnya. Gaji dan tunjangan yang seharusnya dibelanjakan oleh CASN untuk kebutuhan pokok, perumahan, dan barang elektronik, kini menjadi pendapatan yang hilang bagi para pengusaha. CELIOS memperkirakan kerugian tidak langsung bagi pengusaha mencapai Rp 3,68 triliun, sementara sekitar 110.000 tenaga kerja turut terdampak. Sektor jasa pemerintah mengalami penurunan output sebesar Rp 3,5 triliun, sektor perdagangan minus Rp 441,7 miliar, dan penyediaan makanan dan minuman terpukul sebesar Rp 286,8 miliar. Kondisi ini memaksa beberapa sektor untuk melakukan efisiensi, bahkan menunda perekrutan karyawan baru.

Analisis dan Rekomendasi:

Penundaan pengangkatan CASN 2024 bukan hanya menimbulkan kerugian finansial yang besar, tetapi juga mengancam stabilitas perekonomian nasional. Di tengah situasi ekonomi yang lesu dan maraknya PHK massal, kebijakan ini dianggap memperburuk kondisi dan berpotensi mempercepat datangnya resesi. CELIOS merekomendasikan pemerintah untuk mengevaluasi kembali kebijakan ini dan mempertimbangkan dampaknya secara komprehensif sebelum mengambil keputusan serupa di masa mendatang. Perencanaan yang matang dan antisipatif terhadap dampak ekonomi suatu kebijakan sangat krusial, terutama dalam situasi ekonomi yang serba tidak pasti seperti saat ini. Kehilangan pendapatan triliunan rupiah dan dampaknya yang meluas terhadap perekonomian nasional harus menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan di masa depan.