APVI Tegaskan Produk Tembakau Alternatif Hanya untuk Perokok Dewasa, Bukan Gerbang Awal Merokok Bagi Remaja
Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) kembali menegaskan bahwa produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, bukanlah produk yang ditujukan untuk remaja atau individu yang tidak merokok. Ketua APVI, Budiyanto, menyampaikan bahwa klaim yang menyebut produk tembakau alternatif menjadi pintu masuk bagi remaja untuk merokok tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat.
Fokus utama produk tembakau alternatif adalah membantu perokok dewasa mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok konvensional. APVI menekankan pentingnya membedakan antara persepsi publik dan fakta yang didasarkan pada riset ilmiah yang mendalam. Produk-produk ini dirancang khusus dengan tujuan tersebut dan bukan untuk menarik minat kelompok usia muda atau mereka yang sebelumnya tidak terpapar nikotin.
APVI telah menjalin kerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan penelitian komprehensif mengenai profil risiko produk tembakau alternatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan dari studi-studi internasional yang menunjukkan bahwa produk-produk ini mengandung senyawa toksik yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok tradisional. Penelitian BRIN secara khusus meneliti sembilan zat berbahaya yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai zat yang perlu dibatasi. Menariknya, beberapa zat berbahaya seperti benzene, benzo[a]pyrene, NNN, dan NNK bahkan tidak terdeteksi dalam produk tembakau alternatif yang diuji.
Meski demikian, Budiyanto menekankan bahwa produk tembakau alternatif tidak sepenuhnya bebas risiko. Ia menekankan pentingnya penggunaan yang bertanggung jawab dan mengimbau masyarakat untuk memahami bahwa risiko yang terkait dengan produk ini lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional. APVI berencana untuk memanfaatkan hasil penelitian BRIN sebagai dasar untuk program edukasi publik yang ditujukan kepada perokok dewasa yang ingin mencari alternatif yang lebih aman.
Lebih lanjut, APVI berharap bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang berharga bagi pemerintah dalam merumuskan regulasi yang tepat terkait produk tembakau alternatif. Regulasi yang ideal harus mampu melindungi kelompok rentan seperti anak-anak dan non-perokok, sambil tetap mengakui potensi manfaat yang dapat diperoleh perokok dewasa dari produk-produk ini.
Sebagai tambahan, Budiyanto menyoroti hasil tinjauan sistematis berjudul "Electronic cigarettes and subsequent cigarette smoking in young people" yang diterbitkan pada Januari 2025. Studi ini menganalisis data dari 123 penelitian yang melibatkan sekitar 4 juta peserta berusia di bawah 29 tahun di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat. Kesimpulan dari tinjauan ini adalah tidak ada bukti yang meyakinkan yang menunjukkan bahwa penggunaan produk tembakau alternatif seperti vape, HTP (Heat-Not-Burn), atau kantong nikotin secara signifikan mendorong kebiasaan merokok konvensional di kalangan remaja.