Gubernur Maluku Utara Cicipi Laor: Sensasi Kuliner Unik Khas Pesisir
Maluku Utara kembali memperkenalkan kekayaan kulinernya melalui sosok Gubernur Sherly Tjoanda Laos. Dalam sebuah unggahan di media sosial, sang gubernur terlihat menikmati hidangan laor, atau yang dikenal sebagai cacing laut, sebuah kuliner tradisional yang hanya muncul pada waktu-waktu tertentu.
Dalam video singkat tersebut, Gubernur Sherly menjelaskan bahwa laor merupakan makanan khas Maluku Utara yang kehadirannya sangat dinantikan. "Ini laor, cacing laut Maluku Utara. Adanya cuma di bulan Mei. Biasanya di bulan terang ya, bulan terang adanya di pesisir pantai tuh muncul cacing-cacingan laut," ungkapnya.
Laor, menurutnya, paling nikmat disantap bersama singkong atau pisang goreng. Ia pun menggambarkan sensasi rasa laor yang unik, menyerupai caviar yang berpadu dengan mentega. "Rasanya seperti caviar atau... mentega. Jadi ini mentega di-mix dengan cacing laut. Rasanya seperti cacing diblender. Kayak gitulah rasanya," jelas Sherly.
Ajakan untuk mencicipi laor pun disampaikannya kepada warganet, terutama bagi mereka yang belum pernah merasakan kelezatan kuliner khas Maluku Utara ini. "Jadi, buat yang belum pernah makan laor, dicoba. Ini kalau orang Maluku Utara rata-rata doyan banget," imbuhnya.
Laor (Eunice viridis) memang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner masyarakat Maluku Utara. Biota laut ini biasanya muncul dua kali setahun, yaitu pada bulan April dan Mei. Kemunculannya seringkali terjadi di wilayah pesisir seperti Pulau Morotai, Halmahera Timur, Halmahera Tengah, hingga Kepulauan Sula.
Proses perburuan laor biasanya dimulai sejak dini hari, sekitar pukul 03.00 WIT. Masyarakat berbondong-bondong menuju pesisir pantai berbatu karang untuk mencari laor. Namun, kemunculan laor terbilang singkat, hanya berlangsung sekitar dua hari.
Saat fajar tiba, laor yang berwarna biru akan menghilang karena sensitif terhadap sinar matahari dan panas. Ukurannya yang berkisar antara 2 hingga 6 sentimeter, menyerupai benang nilon atau kotoran ikan mujair, membuat perburuan laor membutuhkan bantuan cahaya senter.
Saminah, seorang warga Morotai, membagikan cara mengolah laor menjadi hidangan lezat. "Ini nanti dimasak pakai bumbu, seperti bawang dan rica (cabai) dan lemon. Bisa digoreng dan bisa dibuat seperti kue ikan. Pokoknya enak," ujarnya.
Kehadiran laor bukan hanya sekadar fenomena alam, tetapi juga menjadi momentum penting bagi masyarakat Maluku Utara untuk melestarikan tradisi kuliner dan mempererat kebersamaan.