Dukungan Keluarga Garda Terdepan Kesehatan Mental Lansia dengan Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine, atau yang lebih dikenal dengan istilah mengompol, merupakan kondisi yang umum terjadi pada lansia (lanjut usia) di atas 60 tahun. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penyakit penyerta. Dr. Ika Fitriana, SpPD-KGer, seorang spesialis penyakit dalam konsultan geriatri dari RS Hermina Bekasi, menekankan pentingnya pemahaman dan dukungan keluarga dalam menghadapi kondisi ini.

Menurut Dr. Ika, pendekatan yang tepat dari pendamping atau keluarga sangat krusial. Mempermalukan lansia yang mengalami inkontinensia urine justru dapat memperburuk keadaan. Sebaliknya, menciptakan lingkungan yang suportif dan penuh pengertian akan mendorong lansia untuk lebih terbuka mengenai kondisi mereka dan lebih kooperatif dalam menjalani pemeriksaan dan pengobatan.

"Dukungan keluarga adalah kunci utama. Tanpa dukungan yang memadai, kondisi mengompol pada lansia seringkali tidak terdeteksi," ujar Dr. Ika dalam sebuah acara peluncuran produk popok dewasa di Jakarta.

Banyak lansia menganggap inkontinensia urine sebagai aib yang memalukan. Akibatnya, mereka cenderung menyembunyikan kondisi ini dari orang lain, termasuk anggota keluarga terdekat. Seringkali, orang-orang di sekitar baru menyadari kondisi tersebut ketika mencium bau urine yang tidak sedap.

"Biasanya, tercium aroma yang kurang sedap. Misalnya, saat lansia berjalan dari kamar mandi ke tempat tidur, tiba-tiba tercium bau yang tidak enak. Mereka seringkali merasa malu untuk membicarakan hal ini," jelas Dr. Ika.

Perasaan malu ini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental lansia. Mereka mungkin menjadi enggan minum untuk menghindari risiko mengompol, yang pada akhirnya dapat menyebabkan dehidrasi. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental lansia yang mengalami inkontinensia urine sangat penting.

"Kita harus selalu memberikan dukungan positif. Jangan sampai ketakutan mengompol membuat mereka menarik diri dari kehidupan sosial," tegas Dr. Ika.

Inkontinensia urine dapat memicu stres, kecemasan, bahkan depresi pada lansia. Mereka cenderung mengisolasi diri dari lingkungan sosial karena takut dipermalukan. Padahal, sebelumnya mereka mungkin aktif dalam kegiatan sosial seperti pengajian, pergi ke gereja, atau berkumpul dengan teman-teman.

"Bayangkan, jika orang tua kita yang dulunya gemar beraktivitas sosial tiba-tiba menarik diri, tentu ada sesuatu yang tidak beres," kata Dr. Ika.

Oleh karena itu, Dr. Ika mengimbau seluruh masyarakat, khususnya para pendamping lansia, untuk memberikan dorongan positif kepada lansia yang mengalami inkontinensia urine. Dukungan ini tidak hanya membantu mereka untuk tetap bersosialisasi, tetapi juga mendorong mereka untuk terbuka mengenai kondisi mereka dan mencari pengobatan yang tepat.

"Sebenarnya, ada obat-obatan yang dapat membantu mencegah inkontinensia urine. Namun, yang terpenting adalah dukungan keluarga," pungkas Dr. Ika.

Dampak Inkontinensia Urine pada Lansia:

  • Isolasi sosial: Menarik diri dari lingkungan karena takut dipermalukan.
  • Dehidrasi: Menghindari minum untuk mencegah mengompol.
  • Stres dan kecemasan: Merasa tertekan dan khawatir tentang kondisi mereka.
  • Depresi: Kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.

Pentingnya Dukungan Keluarga:

  • Menciptakan lingkungan yang suportif dan penuh pengertian.
  • Mendorong lansia untuk terbuka mengenai kondisi mereka.
  • Membantu lansia untuk tetap aktif bersosialisasi.
  • Memastikan lansia mendapatkan perawatan medis yang tepat.