Bitcoin Berada di Persimpangan: Analis Soroti Potensi Koreksi dan Pengaruh Sentimen Politik

Bitcoin Berada di Persimpangan: Analis Soroti Potensi Koreksi dan Pengaruh Sentimen Politik

Menjelang bulan Juni, pergerakan harga Bitcoin (BTC) menjadi sorotan utama para investor dan analis. Setelah mencapai rekor tertinggi di angka $112.000, mata uang kripto ini mengalami koreksi dan saat ini diperdagangkan di kisaran $107.000 - $108.000. Fluktuasi ini menimbulkan pertanyaan: apakah Bitcoin akan melanjutkan tren kenaikannya atau justru mengalami koreksi lebih dalam?

Fyqieh Fachrur, seorang analis dari Tokocrypto, menjelaskan bahwa beberapa faktor memicu penurunan harga Bitcoin. Aksi ambil untung oleh para trader setelah mencapai rekor tertinggi, tekanan distribusi dari para penambang, serta resistensi teknikal yang kuat, menjadi penyebab utama koreksi ini. Indikator Relative Strength Index (RSI) 14 hari berada di level 65,44, menunjukkan momentum netral dan mengindikasikan potensi konsolidasi lebih lanjut.

Namun, di tengah tekanan jual yang meningkat, permintaan institusional terhadap Bitcoin tetap kuat. Data on-chain menunjukkan adanya penurunan jumlah dompet 'whale' (pemegang 1.000-10.000 BTC) dari 2.021 menjadi 2.003 dalam dua hari, yang mengindikasikan adanya aksi ambil untung yang dapat memicu volatilitas jangka pendek. Fachrur menekankan bahwa saat ini Bitcoin berada di zona konsolidasi. Apabila support di level $104.670 jebol, koreksi bisa semakin dalam. Sebaliknya, jika Bitcoin mampu bertahan di atas $107.000, peluang untuk menguji ulang level $109.000 tetap terbuka.

Selain faktor teknikal dan pasar, sentimen politik juga turut mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin. Dukungan dari Wakil Presiden AS JD Vance, yang menyebut Bitcoin sebagai "lindung nilai terhadap inflasi, kontrol pusat, dan diskriminasi politik" dalam pidatonya di Bitcoin Conference 2025, memberikan sentimen positif bagi pasar kripto. Vance menegaskan pentingnya aset digital seperti Bitcoin di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Risalah rapat The Fed baru-baru ini juga memberikan pengaruh terhadap pasar kripto. Kekhawatiran atas inflasi yang masih tinggi dan proyeksi pengangguran di atas 4,6 persen memperkuat narasi Bitcoin sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global. Investor kini menantikan pertemuan FOMC yang akan datang pada 17-18 Juni, yang diperkirakan akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan moneter AS.

Menjelang pertemuan FOMC, volatilitas pasar kripto diperkirakan akan tetap tinggi. Fachrur mengingatkan investor untuk tetap disiplin dalam manajemen risiko, terutama mengingat bulan Juni seringkali menjadi titik rawan karena tekanan makro dan aksi arbitrase institusional.

Dengan berbagai faktor yang saling mempengaruhi, pergerakan harga Bitcoin di bulan Juni akan sangat menarik untuk disaksikan. Investor perlu mencermati perkembangan teknikal, sentimen politik, dan kebijakan moneter untuk membuat keputusan investasi yang tepat.