Ikan Sebelah: Petunjuk Ilahi dalam Perjalanan Nabi Musa Mencari Khidir

Ikan Sebelah: Petunjuk Ilahi dalam Perjalanan Nabi Musa Mencari Khidir

Kisah Nabi Musa alaihissalam (AS) dalam pencariannya terhadap Khidir, seorang hamba Allah yang saleh, menyimpan hikmah mendalam yang terukir dalam Al-Quran surah Al-Kahf. Perjalanan spiritual ini tak hanya diwarnai oleh keajaiban, tetapi juga oleh simbolisme yang kaya makna, salah satunya adalah ikan sebelah yang menjadi bekal perjalanan Nabi Musa. Lebih dari sekadar makanan, ikan ini berfungsi sebagai petunjuk ilahi, sebuah tanda yang mengarahkan Nabi Musa menuju tujuannya yang sebenarnya, pertemuan dengan Khidir.

Perjalanan Nabi Musa AS diawali dengan sebuah pertanyaan kepada Allah SWT terkait cara menemukan Khidir. Dalam sebuah riwayat dari Al-Bukhari melalui Ubay bin Ka'ab, Rasulullah SAW menceritakan permohonan Nabi Musa: 'Ya Tuhanku, bagaimana saya dapat menemukannya? Allah berfirman, "Bawalah seekor ikan dan masukkan pada sebuah kampil, manakala ikan itu hilang, di situlah tempatnya."' Inilah awal mula pertualangan Nabi Musa, yang membawa serta seekor ikan sebagai bekal dan sekaligus sebagai petunjuk gaib.

Sepanjang perjalanan, Nabi Musa dan pembantunya berbagi bekal ikan tersebut. Namun, sebuah keajaiban terjadi. Setelah berhenti beristirahat, Nabi Musa tertidur. Selama tidurnya, dengan izin Allah SWT, ikan tersebut hidup kembali dan secara ajaib menemukan jalannya sendiri menuju laut yang lain, menghilang dari tempatnya. Ketika Nabi Musa terbangun dan menyadari hilangnya ikan tersebut, ia menyadari bahwa tempat hilangnya ikan itu merupakan titik pertemuan yang ditakdirkan, yaitu tempat pertemuan dengan Khidir.

Ayat Al-Quran surah Al-Kahf (18:60-61) menjelaskan peristiwa ini: "(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya) "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun." Ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut, mereka lupa ikannya, lalu (ikan mereka) melompat mengambil jalan ke laut itu." Ayat ini secara jelas menggambarkan bahwa ikan tersebut, bukan hanya sebagai bekal, melainkan petunjuk ilahi yang membimbing Nabi Musa menuju pertemuan yang ditunggu-tunggu.

Makna simbolik ikan sebelah sendiri menyimpan beberapa tafsir. Ikan ini, dengan bentuknya yang unik—hanya memiliki satu sisi tubuh yang terlihat—bisa diinterpretasikan sebagai representasi dari keterbatasan pengetahuan manusia. Hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui, dan hanya melalui petunjuk-Nya, manusia dapat menemukan jalan yang benar. Kehilangan ikan tersebut mengajarkan tentang kerendahan hati dan kebergantungan mutlak pada petunjuk ilahi. Sementara, dari sudut pandang ilmiah, ikan sebelah (flatfish) dikenal memiliki berbagai jenis dan ukuran, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang mencapai beberapa meter, menegaskan kekuasaan Allah yang Maha Agung atas seluruh ciptaan-Nya.

Lebih jauh, kisah ini menggarisbawahi pentingnya kebijaksanaan dalam menuntut ilmu. Nabi Musa, seorang nabi yang dikenal karena ilmu dan kebijaksanaannya, tetap memerlukan petunjuk ilahi untuk mencapai tujuannya. Hal ini menekankan bahwa mencari ilmu harus diiringi dengan ketaatan dan tawakal kepada Allah SWT. Kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi setiap muslim untuk senantiasa berserah diri kepada Allah SWT dalam setiap langkah kehidupan.

Kesimpulannya, ikan sebelah dalam kisah Nabi Musa dan Khidir bukan hanya sebuah bekal makanan biasa, melainkan sebuah simbol yang kaya makna. Ia melambangkan petunjuk ilahi, kerendahan hati, dan kebijaksanaan dalam menuntut ilmu. Kisah ini, yang terukir dalam Al-Quran dan hadits, akan tetap relevan sepanjang masa, mengingatkan kita tentang kekuasaan dan kebijaksanaan Allah SWT yang tak terbatas.