Gunung Everest Terancam: Nepal Berupaya Selamatkan Ikon Dunia dari Dampak Pendakian Massal
Gunung Everest, atap dunia yang ikonik, tengah menghadapi tantangan serius akibat peningkatan aktivitas pendakian. Pemerintah Nepal, menyadari ancaman ini, tengah merumuskan langkah-langkah komprehensif untuk melindungi keindahan alam dan ekosistem Himalaya yang rapuh.
Dalam pertemuan Everest Summiteers Summit yang dihadiri sekitar seratus pendaki berpengalaman dari seluruh dunia, Menteri Pariwisata Nepal, Badri Prasad Pandey, menekankan komitmen pemerintah untuk menjaga kelestarian Everest. Kekhawatiran utama yang muncul dalam forum tersebut adalah kepadatan pendaki yang semakin meningkat, menyebabkan masalah lingkungan dan potensi bahaya bagi para pendaki itu sendiri.
Masalah Utama yang Dihadapi Everest:
- Sampah: Jumlah sampah yang dihasilkan oleh aktivitas pendakian terus meningkat. Tahun lalu, tim gabungan dari tentara dan Sherpa berhasil mengumpulkan 11 ton sampah, serta mengevakuasi jenazah dan kerangka dari gunung.
- Limbah Manusia: Limbah manusia di base camp menjadi persoalan serius. Pemerintah Nepal sedang mempertimbangkan strategi untuk mengurangi waktu tinggal pendaki di base camp, yang diperkirakan dapat mengurangi produksi limbah manusia secara signifikan.
- Perubahan Iklim: Pemanasan global mempercepat pencairan gletser dan meningkatkan risiko longsor, mengancam keselamatan pendaki dan merusak ekosistem.
- Kepadatan Pendaki: Antrean panjang di jalur pendakian, terutama saat cuaca bagus, meningkatkan risiko kecelakaan dan memperlambat proses pendakian.
Solusi yang Dipertimbangkan:
- Pengelolaan Limbah: Pemerintah Nepal berupaya meningkatkan sistem pengelolaan limbah di Everest, termasuk penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai dan penegakan aturan terkait pembuangan sampah.
- Pembatasan Jumlah Pendaki: Pembatasan jumlah pendaki yang diizinkan mendaki Everest setiap musimnya sedang dipertimbangkan untuk mengurangi kepadatan dan dampak lingkungan.
- Penggunaan Teknologi: Pemerintah Nepal sedang menyelidiki penggunaan gas xenon untuk membantu pendaki beradaptasi dengan ketinggian. Meskipun kontroversial, teknologi ini berpotensi mempersingkat waktu pendakian dan mengurangi risiko penyakit ketinggian.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat menyeimbangkan antara keinginan untuk mempromosikan pariwisata dan kebutuhan untuk melindungi Gunung Everest bagi generasi mendatang. Keberhasilan upaya ini akan bergantung pada kerjasama antara pemerintah, komunitas pendaki, dan masyarakat internasional.