Dedi Mulyadi Merespons Aksi Protes Suporter Persikas Subang: Bukan Pencitraan, Ini Soal Tanggung Jawab
Mantan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memberikan klarifikasi terkait reaksinya terhadap aksi protes yang dilakukan oleh sejumlah pendukung Persikas Subang dalam acara "Nganjang ka Warga" di Sukamandi, Ciasem, Subang, beberapa waktu lalu. Reaksi keras Dedi Mulyadi menuai sorotan publik dan memicu berbagai interpretasi. Dalam penjelasannya, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa emosi yang ia tunjukkan bukanlah bagian dari strategi pencitraan politik.
"Ketika ada hal yang perlu disikapi dengan tegas, saya akan bertindak tegas. Terkait sorotan media dan potensi politisasi, itu bukan prioritas saya," ujarnya, menjelaskan bahwa fokus utamanya adalah pada substansi permasalahan yang ada. Lebih lanjut, Dedi Mulyadi menyoroti isu krusial terkait dugaan politisasi anak-anak dalam aksi protes tersebut. Ia menyatakan keprihatinannya atas keterlibatan anak-anak, termasuk siswa SMP, yang ia duga dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan politik.
Sorotan pada Pengelolaan Klub Sepak Bola
Selain itu, Dedi Mulyadi juga memberikan kritik terhadap pengelolaan klub sepak bola profesional di Kabupaten Subang. Ia berpendapat bahwa pemerintah daerah seharusnya tidak terlibat dalam pengelolaan klub yang berstatus profesional. Menurutnya, klub profesional harus dikelola secara mandiri oleh perusahaan dengan mempertimbangkan aspek keuangan dan manajerial yang matang. Dedi Mulyadi menekankan bahwa dukungan pemerintah daerah seharusnya terbatas pada penyediaan sarana dan prasarana, serta bantuan yang bersifat pribadi tanpa menggunakan dana negara.
Menentang Politisasi Anak-Anak
Dedi Mulyadi dengan tegas mengecam politisasi anak-anak dalam kegiatan semacam ini. Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap anak-anak yang dikerahkan dari berbagai tempat dengan jarak yang jauh, dan menduga bahwa sebagian dari mereka mungkin berada di bawah pengaruh alkohol. Ia menyerukan kepada para politisi untuk tidak menggunakan sepak bola sebagai alat politik, terutama dengan melibatkan anak-anak remaja. "Saya berharap para politisi menghentikan praktik politik yang buruk dengan memanfaatkan anak-anak untuk menyuarakan kekecewaan mereka. Mari kita junjung tinggi profesionalisme, pisahkan politik dari olahraga," tegasnya.
Isu Sosial dan Peran Orang Tua
Lebih jauh, Dedi Mulyadi menyinggung isu sosial yang lebih luas, yaitu fenomena banyaknya anak-anak yang kehilangan figur ayah dalam kehidupan mereka. Ia menyatakan bahwa banyak ayah yang tidak lagi mampu mendidik anak-anak mereka. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah mengambil langkah-langkah rehabilitasi, termasuk membawa anak-anak ke barak militer untuk mendapatkan pembinaan. Dedi Mulyadi berharap bahwa upaya ini dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan anak-anak di masa depan. Ia menutup pernyataannya dengan harapan agar kehidupan masyarakat menjadi lebih baik di masa mendatang.