Tanggapan Psikolog Terhadap Kasus Dugaan Pelecehan di SMP Depok: Jangan Salahkan Korban!
Kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan seorang siswi di sebuah SMP Negeri di Depok mencuat ke publik pada pertengahan Maret tahun lalu. Peristiwa ini bermula dari beredarnya sebuah video yang menampilkan interaksi antara korban dan seorang guru yang diidentifikasi dengan inisial IR. Video tersebut, yang tersebar melalui grup WhatsApp kelas, memuat dugaan pelecehan verbal yang dilakukan oleh guru tersebut.
Gelombang reaksi dari masyarakat muncul setelah kasus ini kembali mencuat dan menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial. Situasi semakin rumit ketika klarifikasi dari pihak sekolah justru menuai kecaman. Pernyataan yang dianggap menyudutkan korban alih-alih memberikan dukungan, memicu kemarahan publik.
Menanggapi hal tersebut, psikolog Meity Arianty memberikan pernyataan terkait dengan kasus ini. Ia menyayangkan sikap sekolah yang terkesan tidak berpihak pada korban. Meity menekankan pentingnya bagi pihak sekolah untuk menunjukkan keadilan dan memberikan perlindungan kepada siswa yang menjadi korban.
"Saya sangat menyayangkan pernyataan kepala sekolah yang cenderung menyalahkan siswanya," ungkap Meity, menyoroti kekecewaannya terhadap respons yang diberikan oleh pimpinan sekolah. Menurutnya, alih-alih menyalahkan, pihak sekolah seharusnya memberikan bimbingan yang tepat dan konstruktif kepada siswa yang dianggap memiliki perilaku menyimpang.
"Jika ada siswa yang berperilaku aneh, tidak pantas, atau bahkan memprovokasi, seorang guru seharusnya mampu menyampaikan teguran dengan cara yang bijak dan edukatif," jelas Meity. Ia menekankan bahwa guru memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi teladan bagi murid-muridnya, menunjukkan perilaku yang bijaksana dan penuh pertimbangan.
Meity menilai bahwa respons yang terkesan menyudutkan korban dan memperkeruh suasana justru sangat tidak pantas. Sebagai pendidik, seharusnya guru mengajarkan nilai-nilai perilaku yang baik, bukan malah membalas atau memprovokasi siswa.
Psikolog tersebut juga menyoroti pentingnya sikap bijaksana dan empati dari kepala sekolah dalam menangani kasus-kasus semacam ini. Pimpinan sekolah diharapkan untuk bersikap netral, mengutamakan perlindungan terhadap siswa, dan tidak membela pelaku yang diduga melakukan kekerasan verbal.
"Seorang kepala sekolah harusnya bijak dalam menyikapi kasus seperti ini, bukan malah membela salah satu pihak, apalagi membela guru yang melakukan kekerasan verbal," pungkasnya. Pernyataan ini menjadi penegasan akan pentingnya peran kepala sekolah dalam menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi seluruh siswa.