Inovasi Bank Sampah Banjarnegara: Ubah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Berkualitas Tinggi

Bank Sampah Banjarnegara (BSB) melakukan inovasi dengan mengubah sampah plastik, khususnya kantong kresek bekas, menjadi bahan bakar minyak (BBM) yang kualitasnya setara dengan Pertamina Dexlite. Teknologi ini membuka peluang ekonomi baru sekaligus mengatasi permasalahan sampah plastik yang selama ini menjadi isu lingkungan.

Endi Rudianto, Ketua Divisi Produksi Faspol 5.0 BSB, menjelaskan bahwa ide ini muncul dari keprihatinan terhadap tumpukan sampah di lingkungan sekitar. Bersama timnya, mereka berupaya mencari solusi untuk mengolah sampah menjadi sesuatu yang bernilai. Awalnya, mereka mencoba memproduksi minyak kompor sumbu. Namun, seiring dengan masifnya penggunaan kompor gas elpiji, ide tersebut kurang relevan.

Pada tahun 2019, Budi Trisno Aji, pendiri komunitas BSB, berhasil menemukan katalis yang mampu memurnikan olahan sampah plastik menjadi bahan bakar diesel berkualitas tinggi. Teknologi ini kemudian dikenal dengan nama fast pyrolysis 5.0 atau Faspol 5.0, dan BBM yang dihasilkan diberi nama petasol.

Proses pengolahan sampah plastik menjadi petasol dimulai dengan mengumpulkan kantong kresek bekas yang tidak memiliki nilai ekonomi. Sampah plastik ini kemudian dibakar untuk menghasilkan cairan dan gas. Cairan atau minyak bakar yang dihasilkan selanjutnya diolah menggunakan katalis khusus yang diciptakan oleh BSB untuk menghasilkan petasol.

BSB saat ini memiliki mesin pengolah sampah berkapasitas 200 kilogram yang mampu menghasilkan 170-180 liter petasol. Hasil produksi petasol bervariasi tergantung pada kondisi sampah. Sampah kering dan bersih dapat menghasilkan petasol hingga 95%, sementara sampah campuran (kering dan basah) menghasilkan sekitar 70-80%.

Petasol hasil produksi BSB dimanfaatkan untuk mesin pertanian dan kendaraan bermotor warga setempat. Selain teknologi Faspol 5.0, BSB juga menciptakan mesin pembakar sampah sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh bank sampah lain di berbagai daerah. Saat ini, sudah ada sekitar 50 lokasi di Indonesia yang menggunakan mesin pembakar sampah dan teknologi Faspol 5.0.

BSB tidak hanya menyediakan mesin dan teknologi, tetapi juga memberikan pelatihan kepada operator untuk memastikan mesin dapat beroperasi dengan baik dan menghasilkan produk sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan.

Untuk menjaga kualitas produk, BSB menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kolaborasi ini meliputi pengujian laboratorium petasol dan uji termodinamika kendaraan. Keterlibatan BRIN dalam pengujian ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas petasol. Hasil pengujian laboratorium di BRIN dan Lemigas menunjukkan bahwa petasol memenuhi standar setara dengan minyak solar B0.

Selain itu, petasol telah memiliki sertifikat hak cipta dan nama Faspol juga terdaftar dalam daftar paten Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.

Tri Martini, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, menjelaskan bahwa harga produksi petasol per liter sekitar Rp 6.160, sedangkan harga jual yang direkomendasikan adalah Rp 9.700, sehingga keuntungan yang diperoleh sekitar Rp 3.540 per liter. Keuntungan ini dibagi dua, yaitu untuk pengelola BSB dan masyarakat.

Analisis BRIN menunjukkan bahwa investasi mesin berkapasitas 50-100 liter diperkirakan akan kembali dalam waktu 1,5 tahun. Selain itu, benefit cost ratio sudah di atas satu dan revenue cost ratio di atas dua, yang menunjukkan bahwa aktivitas ini menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Tri Martini menekankan pentingnya mereplikasi teknologi pengolahan plastik menjadi BBM di pedesaan untuk membantu petani dan nelayan menyediakan BBM untuk peralatan yang mereka gunakan sehari-hari, sehingga dapat menciptakan kemandirian energi di desa.

Daftar Uji Laboratorium dan Sertifikasi:

  • Uji Laboratorium di BRIN dan Lemigas
  • Standar setara minyak solar B0
  • Sertifikat Hak Cipta
  • Paten Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual