Industri Perhotelan Jakarta di Persimpangan Jalan: Antara Bertahan, Transformasi, dan Penutupan

Industri perhotelan di Jakarta saat ini menghadapi masa-masa sulit. Penurunan tingkat hunian yang signifikan telah menempatkan banyak hotel di ambang kehancuran. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan potensi gelombang penutupan hotel jika langkah-langkah strategis tidak segera diambil.

Pengamat properti, Ferry Salanto, menekankan perlunya inovasi dan adaptasi untuk kelangsungan bisnis hotel. Ia menyoroti pentingnya memahami perubahan preferensi generasi baru yang semakin mengutamakan efisiensi, pengalaman digital, dan fleksibilitas. Hotel perlu mengevaluasi kebutuhan pasar saat ini, mempertimbangkan apakah ruang pertemuan besar masih relevan atau justru beralih ke ruang serbaguna yang lebih kecil dan multifungsi.

Opsi Alih Fungsi Bangunan

Bagi hotel yang terpaksa gulung tikar, alih fungsi bangunan menjadi opsi yang layak dipertimbangkan. Namun, Ferry mengingatkan bahwa keputusan ini tidak boleh diambil gegabah dan memerlukan analisis mendalam terkait struktur bangunan, regulasi, serta kebutuhan pasar. Mengubah fungsi hotel bukanlah solusi sederhana mengingat pasar properti secara umum juga sedang mengalami tekanan. Beberapa opsi konversi yang mungkin mencakup:

  • Apartemen
  • Perkantoran
  • Rumah Sakit
  • Pusat Edukasi
  • Fasilitas Komersial Lainnya

Ferry menekankan bahwa konversi menjadi apartemen atau perkantoran juga harus dilakukan dengan hati-hati karena kedua sektor ini juga mengalami tantangan tersendiri. Studi kelayakan yang komprehensif sangat penting untuk memastikan bahwa alih fungsi bangunan dapat memberikan keuntungan bagi pemilik hotel.

Revitalisasi: Strategi untuk Bertahan

Selain alih fungsi, revitalisasi bangunan dapat menjadi strategi untuk menghidupkan kembali hotel yang lesu. Revitalisasi melibatkan proses menyeluruh untuk memperbarui dan meningkatkan kondisi fisik, operasional, atau citra sebuah hotel. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya saing, efisiensi, dan kesesuaian dengan tren pasar. Langkah-langkah revitalisasi yang umum meliputi:

  • Renovasi fisik
  • Penerapan atau peningkatan teknologi
  • Reposisi atau rebranding pasar
  • Peningkatan layanan operasional

Strategi Bertahan di Tengah Krisis

Sejumlah hotel telah berupaya menerapkan berbagai strategi untuk bertahan di tengah krisis. Selain efisiensi biaya energi dan sumber daya manusia (SDM), pemilik hotel juga mencari sumber pendapatan baru dengan menyasar segmentasi wedding, MICE (meetings, incentives, conventions, and exhibitions) skala kecil, atau layanan co-working. Peningkatan efisiensi layanan melalui sistem kerja bergilir, adopsi teknologi digital seperti sistem check-in mandiri dan otomatisasi layanan tamu, serta peningkatan kualitas layanan dengan keterbatasan SDM juga menjadi fokus utama.

Penurunan Omzet dan Faktor Penyebab

Ferry mengungkapkan bahwa rata-rata penurunan omzet hotel mencapai sekitar 30 persen dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk efisiensi anggaran pemerintah yang berdampak pada penurunan permintaan layanan hotel dari segmen kegiatan pemerintahan dan korporat. Daya beli masyarakat yang melemah serta penurunan jumlah wisatawan domestik dan mancanegara juga berkontribusi terhadap penurunan okupansi hotel. Situasi ini memaksa banyak hotel untuk melakukan efisiensi operasional, termasuk pengurangan karyawan secara bertahap.

Kondisi sulit yang dialami industri perhotelan Jakarta juga tercermin dari banyaknya gedung hotel yang dijual. Ketua BPD PHRI DK Jakarta, Sutrisno Iwantono, mengungkapkan bahwa banyak pemilik hotel yang kesulitan mengelola bisnis mereka dan memilih untuk menjual aset mereka. Fenomena ini terlihat dari banyaknya iklan penjualan gedung hotel di situs jual beli properti online.