Analis Politik: Jokowi Lebih Pas di Partai Parlemen Ketimbang PSI atau PPP
Mantan Presiden Joko Widodo menjadi sorotan terkait arah politiknya pasca-purna tugas. Sejumlah partai politik dikabarkan tertarik untuk menarik Jokowi sebagai bagian dari kekuatan mereka. Namun, seorang pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, memberikan pandangannya terkait partai mana yang paling sesuai untuk Jokowi.
Adi Prayitno menilai bahwa Jokowi lebih cocok bergabung dengan partai politik yang memiliki kursi di parlemen dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam percaturan politik nasional. Menurutnya, nama besar dan elektabilitas tinggi yang dimiliki Jokowi akan lebih optimal jika disalurkan melalui partai yang sudah mapan dan memiliki basis dukungan yang kuat.
"Level Pak Jokowi itu ada di partai-partai besar yang sudah teruji di parlemen," ujar Adi Prayitno.
Lebih lanjut, Adi Prayitno menjelaskan bahwa meskipun ada ketertarikan dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), kedua partai tersebut dinilai kurang ideal untuk Jokowi. PSI, meskipun dipimpin oleh putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, belum memiliki kursi di parlemen. Sementara PPP, sebagai partai berbasis Islam, dinilai kurang sesuai dengan citra nasionalis yang melekat pada Jokowi.
"PPP itu sama sekali tidak cocok. Basis massa PPP itu banyak yang kritis ke Jokowi," tegasnya.
Sebelumnya, nama Jokowi memang santer dikabarkan menjadi salah satu kandidat ketua umum PSI. Bahkan, beberapa Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap Jokowi. Di sisi lain, PPP juga melirik Jokowi sebagai sosok yang dinilai mampu mendongkrak perolehan suara partai pada Pemilu 2029.
Ketua Mahkamah Partai PPP, Ade Irfan Pulungan, bahkan menyebut bahwa jika Jokowi bersedia memimpin PPP, partai tersebut berpotensi kembali meraih kursi di DPR dan bahkan masuk dalam lima besar partai politik dengan perolehan suara terbanyak.
Namun, dengan berbagai pertimbangan, Adi Prayitno tetap berpendapat bahwa Jokowi akan lebih strategis jika memilih bergabung dengan partai politik besar yang sudah memiliki rekam jejak yang jelas di kancah perpolitikan nasional. Keputusan akhir tentu berada di tangan Jokowi, namun analisis ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai pilihan-pilihan yang ada.