Monas, Memori dalam Lensa: Kisah Santi dan Tukang Foto Keliling di Ikon Jakarta
Monumen Nasional (Monas), ikon kebanggaan Jakarta, selalu ramai dikunjungi wisatawan, terutama saat libur panjang. Di tengah hiruk pikuk pengunjung, Santi, seorang ibu rumah tangga dari Dukuh Atas, Jakarta Pusat, menikmati waktu berkualitas bersama keluarganya. Kunjungan kali ini terasa istimewa karena ia memutuskan untuk mengabadikan momen tersebut dengan cara yang berbeda.
Santi, yang mengaku sering mengunjungi Monas untuk menemani anaknya bermain, kali ini mencoba jasa foto keliling yang banyak menawarkan jasanya di sekitar area Monas. Ia ingin merasakan pengalaman baru yang tak sekadar swafoto biasa. "Baru pertama kali ini pakai jasa foto keliling di Monas," ujarnya saat ditemui di lokasi. Baginya, ini bukan hanya tentang mendapatkan foto yang bagus, tetapi juga tentang mendukung usaha kecil.
"Bagus kok, sekalian membantu bapaknya juga. Dengan begini, dia tidak harus selalu mendapatkan uang setiap hari," lanjut Santi. Ia menambahkan bahwa harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau, sehingga tidak memberatkan kantong. Lebih dari itu, Santi merasa senang karena fotografer tersebut memberikan arahan gaya sehingga hasil fotonya memuaskan.
Di balik lensa kamera, ada Rahmat, seorang fotografer keliling yang telah lebih dari satu dekade mencari nafkah di Monas. Dengan kamera andalannya yang sudah tua, Rahmat tak hanya menawarkan jasa foto, tetapi juga pengalaman dan interaksi yang hangat. Ia bercerita bahwa tak jarang orang meremehkan kamera yang digunakannya.
"Kadang ada yang meremehkan kamera saya, bilang ini kamera lama. Tapi saya sudah biasa. Yang penting, saya bekerja halal. Rezeki sudah ada yang mengatur," ungkap Rahmat dengan senyum tulus. Ia menawarkan tarif Rp 20.000 per lembar foto cetak. Dalam kondisi ramai, ia bisa membawa pulang hingga Rp 300.000 sehari. Namun, ada juga hari-hari sepi ketika hanya satu atau dua orang yang menggunakan jasanya.
"Paling kecil dulu 40 ribu paling engga pasti dapat. Harus diusahakan bawa uang ke rumah buat makan," imbuhnya dengan nada penuh semangat.
Kisah Santi dan Rahmat adalah secuil potret kehidupan di Monas. Di satu sisi, ada keluarga yang mencari kebahagiaan dan kenangan indah. Di sisi lain, ada pekerja keras yang berjuang mencari rezeki halal. Monas menjadi saksi bisu pertemuan mereka, terabadikan dalam lensa kamera, menjadi kenangan yang tak terlupakan.