Dana Puluhan Miliar Rupiah Diusulkan untuk Perbaikan Jembatan Vital di Bengkulu Tengah Pasca-Bencana

Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah tengah berupaya keras untuk memulihkan infrastruktur yang rusak akibat bencana banjir yang menerjang wilayah tersebut. Prioritas utama adalah perbaikan dan pembangunan kembali empat jembatan yang mengalami kerusakan parah dan berdampak signifikan terhadap perekonomian serta mobilitas warga.

Dana sebesar Rp 53,3 miliar telah diajukan kepada pemerintah pusat melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Bengkulu. Usulan ini diharapkan dapat terealisasi melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bengkulu Tengah, Febrian Fatahillah, menyatakan bahwa usulan ini merupakan respons cepat dari BPJN terhadap kebutuhan mendesak di lapangan.

Keempat jembatan yang diajukan untuk perbaikan adalah:

  • Jembatan Taba Pasmah–Air Bengkulu (Rp 18,3 miliar)
  • Jembatan Penanding–Air Rindu Hati (Rp 15,09 miliar)
  • Jembatan Tanjung Raman–Air Rindu Hati (Rp 15,11 miliar)
  • Jembatan Air Ringkis–Desa Rajak Besi (Rp 4,81 miliar)

Febrian menjelaskan bahwa perbaikan jembatan ini bukan hanya sekadar membangun kembali infrastruktur yang rusak, tetapi juga merupakan upaya untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antara wilayah pedesaan dan perkotaan. Beberapa proyek perbaikan jembatan sebelumnya sempat tertunda karena adanya rasionalisasi anggaran pemerintah pusat. Namun, dengan adanya peluang evaluasi kembali, Pemkab Bengkulu Tengah berharap proyek-proyek ini dapat segera direalisasikan.

Evaluasi usulan perbaikan jembatan dijadwalkan akan dilakukan secara daring, melibatkan perwakilan dari Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi Bengkulu, dan sejumlah kabupaten lainnya. Hasil evaluasi diharapkan dapat mempercepat proses pembangunan dan memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur yang merata dan berkeadilan.

Dampak Kerusakan Jembatan Telan Korban Jiwa

Kondisi jembatan yang rusak parah telah menyebabkan terganggunya aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat setempat. Bahkan, beberapa jembatan yang rusak akibat banjir sejak tahun 2022 telah menelan korban jiwa. Salah satu contohnya adalah jembatan di Desa Penanding, dimana dua warga dilaporkan meninggal dunia akibat hanyut saat menyeberangi sungai.

Kepala Desa Penanding, Tusim, mengungkapkan kesedihannya atas kejadian tersebut dan mendesak pemerintah untuk segera memperbaiki jembatan agar tidak ada lagi korban jiwa. Ia juga menyoroti risiko yang dihadapi oleh anak-anak sekolah yang harus mempertaruhkan nyawa saat menyeberangi sungai untuk pergi ke sekolah.