Ancaman Kesehatan Reproduksi Mengintai di Balik Pernikahan Dini

Pernikahan di usia muda masih menjadi persoalan pelik di berbagai wilayah Indonesia. Kendati undang-undang telah menetapkan batasan usia minimal untuk menikah, praktik ini terus berlanjut dengan beragam alasan yang melatarbelakanginya, mulai dari faktor sosial, budaya, hingga himpitan ekonomi.

Namun, lebih dari sekadar isu sosial, pernikahan dini menyimpan ancaman serius terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Dokter Indra Adi Susianto, seorang spesialis obstetri dan ginekologi, menekankan bahwa kehamilan di usia remaja, terutama di bawah usia 18 tahun, adalah kondisi yang penuh risiko karena organ tubuh perempuan belum siap untuk mengandung dan melahirkan.

Risiko Medis Kehamilan Remaja

Menurut dr. Indra, tubuh remaja masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Sistem kardiovaskular mereka mungkin belum sepenuhnya mampu beradaptasi dengan tuntutan kehamilan. Kondisi ini meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti preeklamsia, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan berpotensi berkembang menjadi eklamsia, yaitu kejang atau gangguan pada organ tubuh lainnya. Risiko lainnya meliputi:

  • Kelahiran Prematur: Bayi lahir sebelum usia kehamilan cukup bulan.
  • Berat Badan Lahir Rendah (BBLR): Bayi lahir dengan berat badan di bawah normal.
  • Kematian Janin: Risiko kematian janin meningkat akibat kondisi fisik remaja yang belum matang.

Dampak Jangka Panjang

Risiko kehamilan di usia remaja tidak hanya terbatas pada masa kehamilan dan persalinan. Dampak jangka panjang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental perempuan di kemudian hari. Beberapa dampak jangka panjang kehamilan usia remaja meliputi:

  • Kekurangan Gizi: Remaja hamil rentan mengalami kekurangan gizi karena kebutuhan nutrisi yang meningkat selama kehamilan tidak terpenuhi.
  • Infeksi Organ Kandungan: Risiko infeksi pada organ reproduksi meningkat akibat sistem kekebalan tubuh yang belum optimal.
  • Masalah Psikologis: Remaja hamil rentan mengalami depresi, kecemasan, dan stres akibat tekanan sosial dan emosional yang dialami.

Tekanan psikologis ini, dalam beberapa kasus, dapat mendorong remaja untuk mencari pelarian melalui perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkoba dan alkohol.

Oleh karena itu, pernikahan dan kehamilan di usia remaja bukanlah masalah sederhana. Selain risiko tinggi terhadap kesehatan ibu dan bayi, dampaknya dapat berlangsung lama dan memengaruhi kualitas hidup perempuan di masa depan. Upaya pencegahan melalui edukasi kesehatan reproduksi dan perlindungan anak dari praktik pernikahan dini menjadi sangat penting untuk terus ditingkatkan.