Larangan Sentuh Stupa Borobudur Ditegaskan Demi Pelestarian Cagar Budaya
Candi Borobudur, mahakarya warisan Wangsa Syailendra, kembali menjadi sorotan. Menyusul kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada akhir Mei 2025, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali menegaskan aturan penting bagi para pengunjung: dilarang menyentuh stupa maupun bagian lain dari candi. Imbauan ini bukan tanpa alasan. Lebih dari sekadar artefak berusia 12 abad, Borobudur adalah representasi nilai sejarah dan spiritual yang tak ternilai harganya.
Stupa, elemen penting dalam arsitektur Borobudur, memiliki bentuk menyerupai lonceng dan tersebar di tiga tingkatan teratas serta puncak candi. Secara tradisional, stupa berfungsi sebagai wadah relik, benda-benda suci peninggalan para biksu yang dihormati. Keberadaan relik ini diharapkan dapat menginspirasi umat dalam menjalankan dharma, jalan kebenaran, sepanjang hidup mereka.
Struktur Stupa di Candi Borobudur
Merujuk pada informasi dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Kabupaten Magelang, dan Injourney, berikut adalah rincian struktur stupa di Candi Borobudur:
- Stupa Induk: Mahkota Borobudur, stupa induk menjulang setinggi 7 meter dengan diameter 9,9 meter. Berbeda dengan stupa lainnya, stupa induk terletak di puncak candi tanpa dikelilingi dinding berlubang. Di dalamnya, tidak terdapat patung Buddha seperti pada stupa teras. Dalam filosofi Buddha, stupa utama melambangkan dharmakaya, yaitu kesadaran murni yang mendasari seluruh pengalaman hidup. Kesadaran ini melampaui batasan diri dan lingkungan, membebaskan dari segala konsep kehidupan, dan mengekspresikan kasih sayang universal, sehingga menghasilkan kebahagiaan sejati.
- Stupa Teras: Sebanyak 72 stupa teras tersebar di tiga tingkatan di bawah stupa induk. Jumlahnya bervariasi, yaitu 32, 24, dan 16 stupa di masing-masing teras yang dikenal sebagai zona arupadhatu, alam tertinggi tempat bersemayamnya Tuhan. Teras-teras ini membentuk lingkaran yang mengarah ke pusat (stupa utama), melambangkan kebangkitan dari kehidupan duniawi. Tanpa ornamen dekoratif, area ini mencerminkan kemurnian tertinggi. Arupadhatu, yang berarti tanpa wujud, melambangkan tujuan akhir setiap umat, yaitu nirwana. Stupa teras juga merupakan simbol dharmadhatu, ruang tanpa dimensi yang mengawali dan mengakhiri segala pengalaman. Terdapat dua jenis stupa di area ini, yaitu stupa jala dan stupa stapada, yang mewakili pengalaman dalam realitas mutlak. Berbeda dengan stupa induk, stupa teras dikelilingi dinding berlubang, memungkinkan pengunjung untuk melihat patung Buddha di dalamnya.
- Stupa Kecil: Stupa-stupa kecil berfungsi sebagai ornamen atau hiasan pada tubuh candi dan pagar langkan. Pagar langkan terletak di zona rupadhatu dan kamadhatu, berfungsi sebagai pemisah antar tingkatan. Zona rupadhatu terdiri dari lima tingkat, sementara kamadhatu memiliki satu tingkat.
Sebagai bagian tak terpisahkan dari bangunan bersejarah ini, stupa-stupa di Candi Borobudur harus dijaga kelestariannya. Larangan menyentuh stupa atau bagian candi lainnya merupakan upaya untuk memastikan warisan budaya ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Kesadaran dan kerja sama dari setiap pengunjung sangat penting dalam menjaga keutuhan dan kelestarian Candi Borobudur.