Analis Ungkap Faktor Penghambat Penjualan SR022: Imbal Hasil Kompetitif dan Daya Tarik Pasar Saham
Masa penawaran Surat Berharga Negara (SBN) Ritel seri SR022 menunjukkan kinerja yang kurang memuaskan dibandingkan seri sebelumnya. Data dari mitra distribusi Bibit menunjukkan bahwa setelah dua minggu masa penawaran yang dimulai sejak 16 Mei 2025, penjualan SR022 baru mencapai 24% dari total kuota awal yang ditetapkan sebesar Rp 20 triliun.
Secara rinci, penjualan SR022 dengan tenor 3 tahun (SR022T3) mencapai Rp 3,9 triliun, sementara tenor 5 tahun (SR022T5) mencapai Rp 947 miliar per 29 Mei 2025. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan laju penjualan seri SBN sebelumnya, ST014, yang berhasil mencatatkan penjualan sebesar Rp 5,7 triliun untuk tenor 2 tahun dan Rp 1,33 triliun untuk tenor 4 tahun hanya dalam waktu satu minggu.
Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst PEFINDO, mengidentifikasi beberapa faktor yang menjadi penyebab lambatnya penjualan SR022. Salah satu faktor utama adalah tingkat imbal hasil (yield) yang ditawarkan oleh SR022, yang memiliki kupon tetap sebesar 6,45% untuk tenor 3 tahun dan 6,55% untuk tenor 5 tahun. Pada saat SR022 pertama kali ditawarkan, yield wajar di pasar berada pada level yang hampir sama, yaitu 6,442% untuk tenor 3 tahun dan 6,587% untuk tenor 5 tahun.
Menurut Ahmad, perbedaan yield yang tidak signifikan ini membuat investor tidak memiliki alasan yang kuat untuk beralih dari instrumen investasi lain ke SR022. Dengan kata lain, daya tarik SR022 menjadi kurang kuat karena tidak menawarkan keuntungan yield yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produk investasi lainnya yang tersedia di pasar pada saat itu.
Faktor lain yang mempengaruhi minat investor terhadap SR022 adalah kondisi pasar saham yang sedang bergairah. Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkatkan risiko substitusi dari SR022. Investor ritel Indonesia, yang cukup aktif dan familiar dengan pasar saham, cenderung lebih memilih untuk berinvestasi di saham dengan harapan mendapatkan return yang lebih tinggi.
Dalam beberapa waktu terakhir, IHSG mengalami tren kenaikan yang signifikan, bahkan sempat mencapai level 7.200 poin, sebelum akhirnya kembali turun ke level 6.900 poin pada pekan ini. Kondisi ini membuat investor ritel lebih tertarik untuk memanfaatkan momentum di pasar saham daripada berinvestasi pada SR022.
Namun, Ahmad Nasrudin memprediksi bahwa situasi ini akan segera berubah. Selain karena IHSG mulai menunjukkan tren penurunan, Bank Indonesia (BI) juga berpotensi untuk melakukan pemangkasan suku bunga acuan (BI rate). Pemangkasan suku bunga acuan ini akan mendorong penurunan yield pasar, yang pada gilirannya akan membuat SR022 menjadi lebih menarik bagi investor.
Saat ini, yield pasar berada pada level 6,341% untuk tenor 3 tahun dan 6,437% untuk tenor 5 tahun, lebih rendah dari yield yang ditawarkan oleh SR022. Jika tren penurunan yield pasar ini terus berlanjut, Ahmad optimis bahwa penyerapan SR022 akan meningkat di masa mendatang.
-
Faktor-faktor Penghambat Penjualan SR022:
- Imbal Hasil Kompetitif
- Daya Tarik Pasar Saham
-
Potensi Peningkatan Penjualan SR022:
- Penurunan IHSG
- Pemangkasan Suku Bunga Acuan BI