Investasi Energi Hijau Tiongkok di Luar Negeri Lampaui Pembiayaan Batubara

Tiongkok menunjukkan komitmen yang semakin kuat terhadap energi bersih di kancah global. Analisis terbaru dari Pusat Kebijakan Pembangunan Global (PDB) Universitas Boston (BU) mengungkapkan bahwa hampir 70% investasi Tiongkok di sektor kelistrikan luar negeri, periode 2022-2023, difokuskan pada energi terbarukan. Sektor energi terbarukan tersebut mencakup tenaga surya dan angin. Ini menandai tonggak sejarah penting, dimana untuk pertama kalinya investasi energi hijau melampaui pembiayaan energi fosil sejak Beijing mulai mendukung proyek kelistrikan di luar negeri pada awal tahun 2000-an.

Pergeseran ini mengindikasikan dominasi Tiongkok yang meningkat dalam teknologi energi hijau, didukung oleh rantai pasokan mineral penting yang solid. Laporan berjudul "No New Coal: A Shift in the Composition of China’s Overseas Power Plant Portfolio" mengkaji implementasi janji Tiongkok sejak tahun 2021. Data terbaru dari Basis Data Tenaga Listrik Global Tiongkok, yang dikelola oleh BU GDP Center, memberikan wawasan baru tentang portofolio pembangkit listrik luar negeri Tiongkok.

Penulis laporan menyoroti perubahan signifikan dalam komposisi pendanaan proyek energi luar negeri oleh lembaga pembiayaan pembangunan dan investasi asing langsung Tiongkok. Saat ini, 68% dari pendanaan dialokasikan untuk energi hijau. Yang terpenting, tidak ada proyek pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang didanai sejak 2021. Meskipun demikian, para peneliti menekankan bahwa proyek pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada terus beroperasi dan akan terus menghasilkan emisi karbon selama beberapa dekade mendatang.

Faktor lain yang mempengaruhi transisi penuh ke energi terbarukan dalam portofolio luar negeri Tiongkok adalah penurunan nilai investasi asing langsung negara itu secara keseluruhan sejak mencapai puncaknya pada tahun 2016. Para peneliti mencatat bahwa pergeseran ini belum menghasilkan peningkatan besar dalam energi terbarukan karena skala pembiayaannya masih relatif kecil. Kapasitas tenaga angin dan surya yang didanai pada tahun 2022 dan 2023 hanya mencapai 3 gigawatt. Sebagai perbandingan, rata-rata kapasitas dari total investasi listrik luar negeri Tiongkok selama periode 2013 hingga 2019 mencapai 16 gigawatt.

Para peneliti menyimpulkan bahwa pembiayaan energi global Tiongkok semakin mendukung transisi hijau. Namun, batu bara kemungkinan akan tetap menjadi bagian dari portofolio investasi listrik luar negeri karena proyek-proyek lama masih berjalan. Pergeseran menuju energi terbarukan ini adalah langkah positif, namun tantangan tetap ada dalam mempercepat transisi dan mengurangi ketergantungan pada proyek-proyek energi fosil yang ada.

Secara keseluruhan, temuan ini menyoroti peran penting Tiongkok dalam lanskap energi global dan implikasi yang berkembang untuk transisi ke sistem energi yang lebih berkelanjutan. Meskipun negara tersebut membuat kemajuan yang signifikan dalam mempromosikan energi terbarukan di luar negeri, penting untuk mengatasi tantangan yang tersisa dan memastikan transisi penuh ke masa depan energi yang bersih.