Puluhan Pekerja Migran Asal Bangka Belitung Terjebak Kerja Paksa di Myanmar, Diminta Tebusan Rp 75 Juta

Tragedi di Negeri Tetangga: Pekerja Migran Bangka Belitung Terjerat Kerja Paksa di Myanmar

Sepuluh pekerja migran asal Kepulauan Bangka Belitung tengah menghadapi situasi kritis setelah terperangkap dalam jerat kerja paksa di Myanmar. Mereka bukan hanya dipaksa bekerja di bawah tekanan yang luar biasa, tetapi juga dibebani biaya fantastis sebesar 5.000 dolar AS atau setara dengan Rp 75 juta sebagai tebusan untuk dapat kembali ke tanah air sebelum masa kontrak mereka berakhir. Informasi ini terungkap dalam rapat koordinasi yang digelar Senin (10/3/2025), mengungkapkan kepanikan yang melanda keluarga para korban yang tak mampu mengumpulkan jumlah uang tersebut.

Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Sugito, mengungkapkan keresahan keluarga para pekerja migran. Ia menjelaskan, para pekerja awalnya dijanjikan pekerjaan yang layak di luar negeri, namun kenyataannya jauh berbeda. Mereka dipaksa terlibat dalam aktivitas yang diduga terkait penipuan dan dihadapkan pada ancaman jika gagal mencapai target yang ditentukan. "Keluarga pekerja sangat panik. Mereka diminta uang Rp 75 juta untuk memulangkan anak-anak mereka. Jumlah ini sangat besar dan di luar kemampuan ekonomi mereka," ujar Sugito, menekankan perlunya solusi cepat dan tuntas atas permasalahan ini.

Pemerintah pusat pun turut memberikan respon. Direktur Jenderal Perlindungan Tenaga Kerja, Rinaldi, mengungkapkan pentingnya peningkatan sosialisasi mengenai risiko bekerja secara ilegal di luar negeri. Ia menekankan minimnya pengetahuan dan tekanan ekonomi sebagai faktor utama yang mendorong warga, khususnya pekerja migran, untuk mengambil risiko tersebut. "Kita perlu gencar melakukan sosialisasi agar kejadian serupa tidak terulang. Pemerintah harus hadir memberikan solusi atas masalah minimnya lapangan pekerjaan dan pelatihan keahlian bagi masyarakat," tegas Rinaldi.

Langkah preventif pun menjadi sorotan. Rinaldi menambahkan, angka pengangguran yang masih tinggi dan minimnya peluang kerja di daerah asal menjadi faktor pendorong utama. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu fokus pada program-program peningkatan keahlian dan penciptaan lapangan kerja baru. Sebagai langkah awal, pemerintah daerah Bangka Belitung berencana menjalin kerjasama dengan PT Timah dan Bank Sumselbabel untuk membantu memfasilitasi pemulangan para pekerja migran tersebut.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Bangka Belitung, Elius Gani, menyatakan bahwa jumlah pasti pekerja migran yang terjebak masih dalam tahap verifikasi. Namun, diperkirakan terdapat sekitar 75 pekerja migran asal Bangka Belitung, dari total 500 pekerja migran Indonesia yang menjadi korban eksploitasi sindikat judi online di perbatasan Myanmar dan Thailand. "Proses pemulangan sedang dikoordinasikan dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yangon dan Bangkok. Daftar nama pekerja yang akan dipulangkan telah disiapkan," jelas Elius.

Kasus ini menyoroti pentingnya perlindungan pekerja migran dan perlunya pengawasan yang ketat terhadap perekrutan tenaga kerja ke luar negeri. Pemerintah di semua level perlu bersinergi untuk mencegah terulangnya tragedi serupa dan memastikan keselamatan serta kesejahteraan warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri. Sosialisasi yang masif dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan vokasi menjadi kunci utama dalam mengatasi masalah ini.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan:

  • Peningkatan sosialisasi bahaya bekerja ilegal di luar negeri.
  • Peningkatan pengawasan terhadap agen-agen penyalur tenaga kerja.
  • Penciptaan lapangan kerja dan pelatihan keahlian bagi warga.
  • Kerjasama antar lembaga pemerintah dan swasta untuk membantu pemulangan pekerja migran.
  • Penguatan peran Kedutaan Besar Republik Indonesia di negara tujuan.