Indonesia Genjot Pembangunan Infrastruktur Transmisi Listrik untuk Dorong EBT
Pemerintah Indonesia berencana membangun jaringan transmisi listrik sepanjang 47.758 kilometer sirkuit (kms) sebagai upaya mempercepat pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di seluruh pelosok negeri. Langkah ini dianggap krusial untuk mengatasi tantangan dalam mencapai target EBT nasional.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur transmisi ini akan menghubungkan pembangkit-pembangkit EBT dengan gardu induk milik PT PLN (Persero). Dari gardu induk, listrik akan disalurkan melalui jaringan distribusi hingga mencapai konsumen akhir.
"Untuk dapat memanfaatkan potensi energi baru terbarukan secara optimal, keberadaan jaringan transmisi yang memadai adalah suatu keharusan. Target kita adalah mencapai 23 persen EBT, tetapi saat ini kita baru berada di angka 15-16 persen," ungkap Bahlil. Ia menambahkan bahwa ketersediaan jaringan yang belum memadai menjadi kendala utama dalam pengembangan EBT.
Rencana pembangunan jaringan transmisi ini telah tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034. Pembangunan ini akan memfasilitasi interkoneksi pembangkit EBT, mulai dari skala besar hingga ke instalasi rumah tangga.
Secara rinci, Bahlil memaparkan alokasi pembangunan jaringan transmisi di berbagai wilayah, yaitu:
- Jawa, Madura, dan Bali: 13,9 kms
- Sumatera: 11,2 kms
- Kalimantan: 9,8 kms
- Sulawesi: 9 kms
- Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara: 3,9 kms
Proyek pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan ini diproyeksikan akan menarik investasi senilai Rp 565,3 triliun. Selain itu, proyek ini juga berpotensi menciptakan lapangan kerja yang signifikan, mencakup kebutuhan di sektor manufaktur, konstruksi, operasi, pemeliharaan transmisi, gardu induk, serta distribusi, dengan perkiraan mencapai 881.132 tenaga kerja.
Bahlil menekankan pentingnya memaksimalkan penggunaan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam seluruh proses pembangunan transmisi dan gardu induk. Ia berharap industri dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan proyek ini dengan harga yang kompetitif, sehingga dapat meminimalisir ketergantungan pada impor. "Saya berharap tidak ada impor. Semua industri dalam negeri harus dimaksimalkan. Investasi untuk transmisi dan gardu induk ini sangat besar, mencapai sekitar Rp 400-500 triliun. Ini adalah peluang yang sangat baik bagi industri kita," pungkas Bahlil.