Lamba-Lamba Diterjang Rezeki Nomplok: Migrasi Ikan Penja Bawa Berkah Bagi Nelayan

Pesisir Desa Lamba-Lamba, yang terletak di Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, mengalami lonjakan aktivitas yang tidak biasa. Sejak dini hari, pantai ini dipenuhi oleh nelayan dan warga yang antusias. Kedatangan mereka dipicu oleh fenomena alam yang langka: munculnya ribuan ikan penja (Stolephorus sp.), yang juga dikenal sebagai ikan teri nasi atau ikan seribu, dalam jumlah yang luar biasa di dekat garis pantai.

Fenomena ini, yang jarang terjadi, telah menjadi momen panen raya bagi masyarakat setempat. Ikan-ikan kecil berwarna perak ini berkumpul dalam jumlah besar di perairan dangkal, memungkinkan warga untuk menangkapnya dengan mudah. Nurdin, seorang nelayan setempat, mengungkapkan kegembiraannya: "Hari pertama saya turun, langsung dapat ribuan. Kami menggunakan segala cara, mulai dari jaring, ember, hingga baskom."

Panen Melimpah dan Peningkatan Pendapatan

Panen ikan penja yang melimpah ini telah membawa dampak signifikan bagi pendapatan nelayan. Dalam sehari, seorang nelayan dapat menangkap antara 500 hingga 1.000 termos ikan penja. Setiap termos dijual dengan harga sekitar Rp 100.000. Ikan-ikan ini tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat lokal, tetapi juga dikirim ke berbagai daerah lain, termasuk Makassar, Palu, dan Balikpapan.

"Dari Lamba-Lamba, ikan penja ini tidak hanya untuk konsumsi lokal. Banyak juga yang dikirim ke luar daerah," ujar Nurdin, menegaskan peran penting Lamba-Lamba sebagai pemasok ikan penja bagi daerah lain.

Migrasi ikan penja ke pesisir ini dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, termasuk suhu air, arus laut, dan ketersediaan plankton. Kondisi-kondisi ini menciptakan lingkungan yang ideal bagi ikan pelagis kecil untuk berkumpul dalam jumlah besar.

Potensi Ekonomi yang Besar dari Ikan Kecil

Ikan penja, yang sebelumnya hanya dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga, kini telah menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Perairan Teluk Mamuju dan sekitarnya, yang kaya akan nutrien, menjadi habitat ideal bagi pertumbuhan perikanan tradisional berbasis ikan penja.

Perkembangan juga terlihat pada alat tangkap yang digunakan. Dulu, nelayan hanya menggunakan serok dan ember, kini mereka beralih ke sistem yang lebih modern seperti bagan tancap dan bagan apung untuk meningkatkan efisiensi tangkapan massal.

Selain dikonsumsi langsung, ikan penja juga banyak diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah, seperti ikan kering, ikan asin, dan bahan baku terasi. Hal ini semakin meningkatkan potensi ekonomi ikan penja.

"Ikan kecil, tapi rezekinya besar," pungkas Nurdin sambil tersenyum, mengamati termos-termos yang penuh dengan hasil tangkapannya.