Serangan Rusia di Ukraina Kembali Merenggut Nyawa, Termasuk Seorang Anak
markdown Gelombang serangan Rusia terus menghantam Ukraina, menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Serangan udara terbaru yang menyasar wilayah selatan Ukraina dilaporkan telah menewaskan dua orang, termasuk seorang anak perempuan berusia sembilan tahun. Insiden ini menambah daftar panjang penderitaan warga sipil akibat konflik yang berkepanjangan.
Di wilayah Zaporizhzhia, serangan Rusia menggunakan bom udara berpemandu menghantam area permukiman. Ivan Fedorov, kepala administrasi militer regional, mengumumkan melalui platform Telegram bahwa serangan tersebut merenggut nyawa seorang anak perempuan dan menyebabkan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun mengalami luka-luka. Akibat ledakan tersebut, sebuah rumah dilaporkan hancur total, sementara beberapa bangunan lainnya mengalami kerusakan signifikan. Kondisi anak laki-laki yang terluka saat ini masih dalam penanganan medis.
Terpisah dari insiden di Zaporizhzhia, kota Kherson juga menjadi sasaran serangan Rusia. Gubernur wilayah Kherson, Oleksandr Prokudin, melaporkan bahwa seorang pria berusia 66 tahun tewas akibat penembakan yang dilakukan oleh pasukan Rusia. Serangan ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah tersebut, yang telah mengalami dampak besar akibat konflik yang berlangsung sejak Februari 2022.
Konflik yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun ini telah menyebabkan puluhan ribu orang tewas, sebagian besar wilayah timur dan selatan Ukraina hancur, dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman. Serangan demi serangan terus menghantam infrastruktur sipil, memperburuk krisis kemanusiaan dan mempersulit upaya pemulihan.
Selain serangan yang menyebabkan korban jiwa, sebuah serangan pesawat tak berawak Rusia juga dilaporkan terjadi di kota Kharkiv, menyebabkan satu orang mengalami luka-luka. Sementara itu, di wilayah Kursk, Rusia, serangan pesawat tak berawak Ukraina dilaporkan melukai 10 orang. Insiden-insiden ini menunjukkan bahwa konflik tidak hanya terbatas pada wilayah Ukraina, tetapi juga berdampak pada wilayah perbatasan Rusia.
Di tengah situasi yang memprihatinkan ini, upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik terus diupayakan. Beberapa waktu lalu, perwakilan dari kedua belah pihak bertemu untuk melakukan pembicaraan langsung pertama dalam lebih dari tiga tahun. Pertemuan tersebut menghasilkan pertukaran tahanan dan janji untuk terus berkomunikasi. Namun, belum ada terobosan signifikan yang dicapai dalam upaya mencapai perdamaian.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan bahwa pemerintahannya tidak mengharapkan hasil yang berarti dari pembicaraan lebih lanjut dengan Rusia kecuali Moskow memberikan persyaratan perdamaiannya terlebih dahulu. Ia menuduh Kremlin melakukan segala cara untuk menyabotase potensi pertemuan. Zelensky menekankan pentingnya gencatan senjata sebagai langkah awal menuju perdamaian dan menghentikan pembunuhan warga sipil.
Zelensky juga mengungkapkan bahwa ia telah berdiskusi dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, tentang kemungkinan pertemuan berikutnya di Istanbul dan kondisi partisipasi Ukraina. Kedua pemimpin sepakat bahwa putaran pembicaraan berikutnya dengan Moskow harus produktif dan tidak boleh membuang-buang waktu. Rusia menyatakan kesiapannya untuk mengirim tim negosiator ke Istanbul untuk putaran pembicaraan kedua, namun Kyiv belum mengonfirmasi kehadirannya.