Upanat: Sandal Khusus untuk Konservasi Candi Borobudur dan Pemberdayaan Ekonomi Lokal
markdown Upaya pelestarian Candi Borobudur, warisan budaya dunia yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, kini semakin diperketat. Salah satu langkah penting yang diterapkan adalah mewajibkan wisatawan yang ingin naik ke area candi untuk mengenakan sandal khusus bernama Upanat. Kebijakan ini bukan hanya sekadar formalitas, melainkan bagian integral dari strategi konservasi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.
Mengapa Upanat?
Penggunaan Upanat berawal dari kekhawatiran akan kerusakan batuan candi akibat gesekan alas kaki biasa. Penelitian yang dilakukan oleh Balai Konservasi Borobudur menunjukkan bahwa alas kaki konvensional dapat menyebabkan keausan pada permukaan batu. Oleh karena itu, Upanat hadir sebagai solusi alas kaki yang ramah terhadap struktur candi yang rapuh. Sandal ini dirancang dengan cermat menggunakan bahan-bahan alami seperti daun pandan, batok kelapa, dan busa ati, menjadikannya pilihan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab secara lingkungan.
Nama "Upanat" sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti alas kaki. Desainnya pun tidak sembarangan. Inspirasi Upanat diambil dari relief Karmawibhangga panel 150 di Candi Borobudur, yang menggambarkan adegan dua orang mempersembahkan alas kaki kepada seorang Brahmana. Hal ini menunjukkan bahwa Upanat bukan sekadar alas kaki modern, tetapi juga representasi warisan budaya yang dihidupkan kembali.
Lebih dari Sekadar Alas Kaki
Penggunaan Upanat memiliki dampak yang lebih luas dari sekadar melindungi batuan candi. Kebijakan ini juga merupakan sarana edukasi bagi wisatawan tentang pentingnya pariwisata berkelanjutan. Wisatawan diajak untuk tidak hanya menikmati keindahan Candi Borobudur, tetapi juga turut serta dalam menjaga dan merawatnya untuk generasi mendatang. Dengan memakai Upanat, wisatawan menjadi bagian dari upaya konservasi yang berkelanjutan.
Selain aspek konservasi, penggunaan Upanat juga memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal. Produksi sandal ini melibatkan pengrajin dari wilayah sekitar Candi Borobudur. Saat ini, terdapat delapan rumah produksi yang aktif memproduksi Upanat untuk memenuhi permintaan yang mencapai sekitar 1.200 pasang setiap harinya. Hal ini menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, sehingga pelestarian warisan budaya sejalan dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi.
Dengan demikian, kebijakan penggunaan Upanat di Candi Borobudur merupakan contoh nyata bagaimana pelestarian warisan budaya dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi lokal dan edukasi pariwisata berkelanjutan. Upanat bukan hanya sekadar alas kaki, melainkan simbol komitmen untuk menjaga keindahan dan keutuhan Candi Borobudur bagi generasi mendatang.
Detail Kebijakan
- Wisatawan wajib memesan tiket secara online untuk memastikan kuota kunjungan tidak melebihi batas yang ditetapkan.
- Penggunaan sandal Upanat diwajibkan bagi semua wisatawan yang ingin naik ke area candi.
- Sandal Upanat dapat diperoleh di area candi atau dipesan bersamaan dengan pembelian tiket online.
- Kebijakan ini telah berlaku sejak Desember 2023 dan terus dievaluasi untuk memastikan efektivitasnya dalam menjaga kelestarian Candi Borobudur.