Pantai Gemah Tulungagung Didera Sampah Kiriman: Penanganan Terkendala Biaya dan Musim Hujan

Pantai Gemah Kembali Terancam Tumpukan Sampah

Tumpukan sampah kembali menjadi permasalahan serius di Pantai Gemah, Tulungagung. Keindahan pantai yang menjadi daya tarik wisata ini tercemar oleh sampah kiriman, terutama saat musim hujan tiba. Kondisi ini mengganggu kenyamanan pengunjung dan mengancam keberlangsungan sektor pariwisata di wilayah tersebut.

Upaya pembersihan yang dilakukan oleh pengelola pantai selama ini dinilai belum mampu mengatasi volume sampah yang terus meningkat. Sampah-sampah ini sebagian besar berasal dari Muara Perum Jasa Tirta (PJT) Niyama. Arus sungai membawa sampah-sampah tersebut hingga ke Pantai Gemah dan pantai-pantai sekitarnya seperti Pantai Bayem dan Pantai Midodaren.

Kendala Penanganan dan Harapan akan Bantuan

Kepala Desa Keboireng, Supirin, mengungkapkan bahwa penanganan sampah sebelumnya dilakukan dengan menggunakan alat berat, namun prosesnya memakan waktu lama dan biaya operasional yang tinggi. Biaya pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Segawe mencapai ratusan ribu rupiah per truk. Selain itu, kunjungan wisatawan yang menurun juga menjadi kendala karena minimnya pemasukan untuk biaya pembersihan.

"Saat ini, situasi tempat wisata sangat sepi, dan kaitan lapak-lapak untuk kegiatan pembersihan sampah juga tidak siap karena penghasilan minim," ujar Supirin.

Pihak pengelola telah mengajukan permohonan bantuan alat berat kepada Pemerintah Kabupaten Tulungagung, terutama menjelang musim liburan yang diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Supirin juga menekankan bahwa penarikan iuran kebersihan dari pemilik lapak tidak memungkinkan karena kondisi ekonomi yang sulit.

Sebelumnya, alat berat pernah dipinjam dari tambak udang di Pantai Bayem dan Midodaren untuk membantu membersihkan sampah. Namun, saat ini alat tersebut sedang digunakan di tempat lain, sehingga penanganan sampah menjadi lebih sulit.

Upaya Koordinasi dan Pembersihan Manual

Supirin berharap pemerintah daerah dapat segera turun tangan untuk mengatasi masalah sampah di Pantai Gemah. Ia juga telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (LH) dan PJT Niyama untuk mencari solusi jangka panjang, seperti pembangunan sarana penampungan sampah sebelum masuk ke terowongan Niyama. Namun, upaya ini belum membuahkan hasil yang signifikan.

Saat ini, anggota kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Pantai Gemah melakukan upaya pembersihan secara manual, meskipun dirasa tidak efektif. Sampah-sampah seperti ranting dan kemasan dikumpulkan dan dibakar. Sekretaris Pokdarwis Pantai Gemah, Wahyu Daryono, mengungkapkan bahwa upaya ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan pantai.

Tantangan Musim Hujan

Intensitas banjir yang tinggi menjadi tantangan tersendiri dalam penanganan sampah di Pantai Gemah. Upaya pembersihan yang dilakukan saat banjir seringkali menjadi sia-sia karena sampah kembali menumpuk setelah banjir surut.

"Hampir setiap hari banjir, kita belum menangani. Kalau kita tangani sekarang, nanti sia-sia, karena setelah bersih, banjir lagi," jelas Supirin. Meski demikian, pembersihan tetap dilakukan dengan cara mengumpulkan dan membakar sampah, serta menimbun sebagian dari sampah tersebut. Permasalahan sampah di Pantai Gemah menjadi pekerjaan rumah yang mendesak untuk diselesaikan demi menjaga keindahan alam dan potensi pariwisata Tulungagung.