Dominasi Eropa dalam Pendidikan Tinggi: Studi Ungkap Negara dengan Populasi Terdidik Terbesar
Sebuah studi terbaru dari CBRE Research menyoroti peta global pendidikan tinggi, mengungkap negara-negara dengan proporsi penduduk yang memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi. Studi ini menganalisis data dari individu berusia 25 hingga 64 tahun, memberikan gambaran komprehensif tentang lanskap pendidikan global.
Secara umum, akses terhadap pendidikan tinggi bervariasi secara signifikan di seluruh dunia. Negara-negara maju cenderung memiliki persentase penduduk yang lebih tinggi dengan kualifikasi pendidikan tinggi, mencerminkan investasi dalam sistem pendidikan dan peluang yang lebih besar untuk melanjutkan studi ke jenjang universitas.
Eropa Memimpin, Singapura Jadi Wakil Asia
Data dari CBRE Research tahun 2023 menempatkan negara-negara Eropa di garis depan dalam hal populasi berpendidikan tinggi. Irlandia menduduki peringkat pertama dengan 52,4% penduduknya memegang gelar sarjana atau lebih tinggi. Swiss menyusul di posisi kedua dengan 46%. Singapura menjadi satu-satunya negara Asia yang masuk dalam lima besar, dengan 45% penduduknya memiliki pendidikan tinggi.
Berikut adalah daftar lengkap enam negara dengan proporsi penduduk berpendidikan tinggi tertinggi:
- Irlandia: 52,4% (1,8 juta jiwa)
- Swiss: 46,0% (2,7 juta jiwa)
- Singapura: 45,0% (1,9 juta jiwa)
- Belgia: 44,1% (3,3 juta jiwa)
- Inggris Raya: 43,6% (19,1 juta jiwa)
- Belanda: 42,0% (4,8 juta jiwa)
Filipina muncul sebagai negara kedua di Asia Tenggara dengan proporsi penduduk berpendidikan tinggi yang signifikan, mencapai 29,5% atau 22,4 juta jiwa. Sementara itu, India dan China, dua negara dengan populasi terbesar di dunia, memiliki proporsi penduduk berpendidikan tinggi yang relatif lebih rendah. India mencatat 14,2% (139,4 juta jiwa), sedangkan China memiliki 6,9% (88,1 juta jiwa).
Negara-negara berkembang lainnya, seperti Chili, Kosta Rika, Brasil, dan Kolombia, juga menunjukkan tingkat pencapaian pendidikan yang lebih rendah, dengan persentase penduduk berpendidikan tinggi berkisar antara 19% dan 23%. Perbedaan ini menyoroti kesenjangan global dalam akses ke pendidikan tinggi dan implikasinya terhadap pembangunan sosial dan ekonomi.