Di Balik Kisah Cinderella: Trauma dan Ambisi dalam "The Ugly Stepsister"

Kisah Klasik yang Diputar Balik: Menjelajahi Sisi Gelap Dongeng Cinderella dalam "The Ugly Stepsister"

Kisah Cinderella, dengan gaun indahnya, sepatu kacanya, dan akhir bahagia bersama sang pangeran, telah menghiasi masa kecil banyak orang. Namun, bagaimana jika kita melihat cerita ini dari sudut pandang yang berbeda? Film "The Ugly Stepsister" menawarkan perspektif yang unik dan gelap, memfokuskan pada perjuangan Elvira, salah satu saudara tiri Cinderella, dalam usahanya meraih cinta dan status.

Sinopsis yang Mencengangkan

"The Ugly Stepsister" memperkenalkan Rebekka, seorang ibu dengan dua putri, Elvira dan Alma. Pernikahannya dengan Otto, seorang duda kaya raya, diharapkan membawa kehidupan yang lebih baik. Namun, harapan itu pupus ketika Otto meninggal pada malam pernikahan mereka, mengungkapkan bahwa ia tidak sekaya yang mereka kira. Rebekka, yang ambisius dan khawatir akan masa depannya, bertekad untuk menikahkan salah satu putrinya dengan pria kaya, dan pilihannya jatuh pada Elvira.

Elvira bermimpi untuk memenangkan hati Pangeran Julian. Namun, ia merasa tidak percaya diri karena penampilannya. Rebekka, yang terobsesi dengan kecantikan dan status, mendorong Elvira untuk melakukan berbagai cara ekstrem agar terlihat menarik di mata sang pangeran. Perubahan inilah yang menjadi inti cerita, menggambarkan tekanan sosial dan standar kecantikan yang tidak realistis.

Bukan Sekadar Dongeng: Horor Psikologis yang Mengganggu

Film ini jauh dari kisah Cinderella yang kita kenal. "The Ugly Stepsister" lebih merupakan horor psikologis yang akan membuat penonton merasa tidak nyaman. Adegan-adegan yang menggambarkan upaya Elvira untuk mengubah penampilannya sangat mengerikan, dari operasi plastik tanpa anestesi hingga menelan telur cacing pita. Film ini tidak ragu untuk menunjukkan sisi gelap ambisi dan obsesi.

Sutradara Emilie Blichfeldt berhasil menciptakan dunia yang indah secara visual namun mengerikan secara konten. Sinematografinya memukau, tetapi cerita yang disajikan sangat mengganggu. Film ini mengeksplorasi tema-tema seperti tekanan sosial, standar kecantikan yang tidak realistis, dan pengorbanan yang dilakukan demi cinta dan status.

Realita Pahit di Balik Fantasi

"The Ugly Stepsister" menolak akhir bahagia ala dongeng. Agnes mungkin menikahi pangeran, tetapi film ini menunjukkan bahwa pangeran tidak sebaik yang kita kira. Pilihan casting yang realistis membuat narasi feminisme dalam film ini semakin kuat, menyoroti kenyataan pahit bahwa banyak perempuan berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian laki-laki yang biasa saja.

Film ini mungkin tidak cocok untuk semua orang, tetapi bagi mereka yang menyukai cerita yang gelap dan menantang, "The Ugly Stepsister" menawarkan pengalaman yang tak terlupakan. Film ini akan membuat Anda bertanya pada diri sendiri, "Apa yang rela kau korbankan demi orang lain?"