Dokter Spesialis di Surabaya Ungkap Kasus Langka: Wanita 20 Tahun Belum Menstruasi

Kasus Langka di Daerah Terpencil: Dokter Surabaya Temukan Wanita 20 Tahun Belum Pernah Menstruasi

Seorang dokter spesialis kandungan di Surabaya, dr. Dito Oktawijaya Pratama SpOG, berbagi pengalamannya menangani kasus langka saat bertugas dalam program Pendayagunaan Dokter Spesialis (PGDS) di sebuah daerah terpencil di Sulawesi Tengah. Kasus tersebut adalah seorang wanita berusia 20 tahun yang belum pernah mengalami menstruasi.

Dr. Dito, yang mengikuti program PGDS Kementerian Kesehatan di Kabupaten Toli-Toli sejak Februari 2024, menceritakan bahwa wanita tersebut datang ke rumah sakit dengan keluhan tidak mengalami menstruasi hingga usia 20 tahun. Setelah dilakukan pemeriksaan USG, ditemukan gambaran yang menyerupai rahim, namun ukurannya sangat kecil sehingga diragukan sebagai rahim yang berfungsi normal. Kondisi ini dikenal sebagai amenorrhea primer, yaitu tidak terjadinya menstruasi pada wanita hingga usia 16 tahun.

"Saat dilakukan pemeriksaan USG saya menemukan gambaran 'menyerupai' rahim namun ukurannya sangat kecil hingga meragukan untuk menyebut gambaran tersebut suatu rahim. Perlu diketahui jika seorang wanita belum haid hingga usia 16 tahun dikatakan amenorrhea primer dan diperlukan pemeriksaan lebih lanjut," kata dr Dito.

Untuk mengetahui penyebab pasti dari kondisi tersebut, pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap di Palu atau Makassar untuk menjalani pemeriksaan MRI dan pemeriksaan penunjang lainnya. Namun, edukasi kepada keluarga pasien menjadi tantangan tersendiri karena terkendala biaya dan jarak yang jauh.

Menurut dr. Dito, jika seorang perempuan belum mengalami menstruasi hingga usia 16 tahun, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui penyebabnya, seperti kelainan kromosomal, hormonal, atau anatomi. Pada kasus amenorrhea primer, pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis obgyn konsultan fertilitas dan endokrinologi reproduksi (KFER) sangat diperlukan.

Selain kasus amenorrhea primer, dr. Dito juga menghadapi berbagai tantangan lain selama bertugas di daerah terpencil, termasuk mengedukasi masyarakat terkait kesehatan reproduksi. Mitos dan kepercayaan tradisional seringkali menjadi penghalang dalam memberikan pemahaman yang benar tentang kesehatan.

Selama setahun bertugas, dr. Dito juga menemukan beberapa kasus janin meninggal dalam kandungan akibat kehamilan yang lewat waktu dan kurangnya pemeriksaan kehamilan. Pasien datang dalam kondisi terburuk, seperti pendarahan, ketuban hijau, atau bahkan janin sudah meninggal.

Dr. Dito juga menemukan banyak kasus kehamilan remaja, bahkan ibu dengan usia 30-an sudah memiliki 4-5 anak. Pernikahan dini masih menjadi masalah di daerah tersebut. Kehamilan di usia terlalu muda memiliki risiko komplikasi, seperti organ panggul yang belum matang, ketidakstabilan hormon dan emosi, serta gangguan pertumbuhan pada bayi.

Saat ini, dr. Dito telah kembali berpraktik di Surabaya, yaitu di RSIA Pura Raharja dan RSUD Eka Candrarini. Ia juga baru diangkat sebagai CPNS sebagai dokter spesialis kandungan di RSUD Eka Candrarini milik Pemkot Surabaya. Sebagai seorang dokter spesialis obgyn, dr. Dito tidak hanya menangani kehamilan dan persalinan, tetapi juga berbagai kondisi kesehatan reproduksi wanita, seperti gangguan siklus haid, infeksi, dan tumor organ reproduksi.

Dr. Dito berharap dapat terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia, khususnya di Surabaya. Ia berkomitmen untuk mengawal kehamilan dan kelahiran para ibu dengan baik.

Tantangan di Daerah Terpencil

Selama bertugas di daerah terpencil, dr. Dito harus berjuang melawan mitos dan kepercayaan tradisional yang menghambat penanganan medis yang tepat. Banyak pasien yang lebih percaya pada dukun atau pijat perut daripada memeriksakan kehamilan ke tenaga medis.

Selain itu, dr. Dito juga harus menghadapi keterbatasan fasilitas kesehatan dan tenaga medis di daerah terpencil. Hal ini membuat penanganan kasus-kasus kompleks menjadi lebih sulit.

Dr. Dito berharap pengalamannya ini dapat menjadi inspirasi bagi dokter-dokter lain untuk bersedia bertugas di daerah terpencil dan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan.

Harapan untuk Kesehatan Reproduksi Wanita

Dr. Dito berharap dapat terus berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan reproduksi wanita. Ia juga berharap agar fasilitas kesehatan di daerah terpencil dapat ditingkatkan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat.

Dengan peningkatan kesadaran dan fasilitas kesehatan yang memadai, diharapkan angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan dan kualitas hidup wanita Indonesia dapat meningkat.