Bahaya Lemak Trans: Kemenkes Ingatkan Risiko Penyakit Jantung Terlepas dari Sumber Minyak

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyoroti bahaya konsumsi lemak trans, menekankan bahwa risiko penyakit jantung tetap tinggi terlepas dari sumber minyak yang digunakan. Pernyataan ini disampaikan terkait dengan isu penggunaan minyak babi dalam makanan, namun Kemenkes menegaskan fokus utama adalah pada kandungan lemak trans, bukan asal bahan baku.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, "Yang terpenting adalah konsumsi lemak trans, bukan sumber asalnya apakah dari babi, sawit, atau lainnya." Ia menekankan bahwa asam lemak trans, yang sering ditemukan dalam minyak goreng yang diproses, merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.

Risiko Lemak Jenuh dan Kolesterol Tinggi

Lemak jenuh, yang banyak terdapat dalam minyak hewani seperti minyak babi, telah lama dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan jantung, stroke, obesitas, dan masalah metabolik. Konsumsi berlebihan lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, yang berpotensi memicu aterosklerosis, yaitu penebalan dinding pembuluh darah.

Dokter bedah kardiovaskular, dr. Bimo Kusumo menjelaskan bahwa aterosklerosis adalah penyebab utama penyakit jantung. Kolesterol tinggi dapat menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah, termasuk yang menuju jantung. Penumpukan ini dapat menyebabkan penyumbatan yang berbahaya.

Dampak Jangka Panjang pada Jantung

"Jika jantung tidak mendapatkan aliran darah yang cukup, maka akan terjadi kerusakan," jelas dr. Bimo. Bagian jantung yang tidak mendapatkan asupan nutrisi akan melemah dan membesar, menyebabkan penurunan fungsi jantung secara keseluruhan.

Kondisi ini dapat berujung pada gagal jantung, di mana jantung tidak mampu lagi memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk membatasi konsumsi asam lemak tidak jenuh dan menjaga pola makan sehat untuk melindungi kesehatan jantung.