Sembilan Tahun Berjuang: Kisah Inspiratif Pria Malaysia Bertahan Hidup dari Sisa Makanan
Kisah seorang pria asal Malaysia bernama Zang menjadi viral di media sosial setelah membagikan pengalamannya bertahan hidup selama sembilan tahun dalam kondisi serba kekurangan. Zang menceritakan bahwa sejak tahun 2015, ia harus mandiri secara finansial setelah tidak lagi mendapatkan dukungan dari keluarganya.
Terpaksa hidup tanpa tempat tinggal dan sumber pendapatan yang stabil, Zang harus mencari cara kreatif untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Salah satu cara yang ia lakukan adalah dengan mengonsumsi sisa makanan dari restoran dan pusat jajanan. Ia dengan cermat memilih makanan yang masih layak dimakan dari sisa-sisa yang dibuang oleh pengunjung lain. Bahkan, dalam kondisi terdesak, ia tak segan mencari makanan di tempat sampah, tentu saja dengan tetap memperhatikan kebersihan dan kelayakan makanan tersebut.
Untuk menjaga kebersihan diri, Zang memanfaatkan fasilitas toilet umum di pom bensin dan rumah sakit untuk mandi dan mencuci pakaian. Karena tidak memiliki tempat tinggal tetap, ia tidur di dalam mobilnya atau di bangunan-bangunan kosong yang ia temukan. Sepeda menjadi alat transportasi andalannya untuk bepergian. Sementara untuk mengisi daya ponsel dan menyelesaikan tugas-tugas kuliah serta pekerjaan, ia memanfaatkan fasilitas perpustakaan umum.
Meski hidup dalam keterbatasan, Zang menolak untuk meminta bantuan, subsidi, atau belas kasihan dari orang lain. Ia menegaskan bahwa gaya hidup ini bukanlah pilihannya, melainkan satu-satunya cara yang ia temukan untuk bertahan hidup. Zang saat ini masih berjuang untuk menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar sarjana sambil bekerja. Ia mengakui bahwa tekanan dari sistem kerja konvensional dan ekspektasi sosial seringkali membuatnya merasa lelah secara mental dan fisik.
Kisah Zang ini memicu beragam reaksi dari warganet. Banyak yang выражают симпатию dan memberikan saran, seperti mencari pekerjaan di restoran yang menyediakan makanan gratis bagi karyawannya. Beberapa bahkan menyarankan Zang untuk mengunjungi penampungan tunawisma di Kuala Lumpur, tempat relawan secara rutin membagikan makanan gratis. Namun, ada pula yang memberikan komentar negatif, mempertanyakan cara hidupnya dan menyindir kepemilikan mobil dan ponsel di tengah keterbatasannya. Zang menjelaskan bahwa ponsel adalah alat penting untuk bekerja dan belajar, sedangkan mobil berfungsi sebagai tempat tidur dan penyimpanan barang.
Kisah perjuangan Zang ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang kerasnya kehidupan yang dialami oleh sebagian orang. Kegigihan dan tekad Zang untuk bertahan hidup dan meraih pendidikan di tengah keterbatasan patut diacungi jempol dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Cerita ini juga membuka mata kita tentang pentingnya kepedulian sosial dan membantu sesama yang membutuhkan.