Perubahan Tak Terduga: Nasib Devon Sawa di Final Destination, Antara Cinta Penonton dan Keputusan Naratif
Kisah di balik layar film Final Destination menyimpan berbagai fakta menarik, salah satunya adalah bagaimana reaksi penonton memengaruhi jalan cerita. Sebelum dirilis pada tahun 2000, New Line Cinema mengadakan test screening untuk mengumpulkan umpan balik dari berbagai kalangan.
Umpan balik tersebut ternyata berdampak signifikan pada alur cerita, terutama yang berkaitan dengan karakter Alex Browning yang diperankan oleh Devon Sawa. Dalam versi awal, Alex dikisahkan tewas saat berusaha menyelamatkan Clear Rivers. Kematiannya digambarkan cukup mengerikan, yaitu terbakar setelah tersengat aliran listrik. Namun, reaksi penonton saat test screening menunjukkan ketidakpuasan yang besar. Mereka merasa sayang dengan karakter Alex dan kecewa jika ia harus meregang nyawa, apalagi jika dibandingkan dengan karakter Carter Horton yang justru selamat.
Karakter Carter sendiri, yang diperankan oleh Kerr Smith, memang digambarkan sebagai sosok yang kurang simpatik di film pertama. Ia adalah tipikal remaja populer yang memiliki masalah pengendalian emosi. Ketidakpopuleran karakter Carter ini membuat penonton merasa lebih kecewa dengan keputusan awal produser untuk membuatnya bertahan hidup.
Beruntung, New Line Cinema masih memiliki waktu untuk melakukan perubahan. Mereka akhirnya memutuskan untuk melakukan syuting ulang dan mengubah akhir cerita. Dalam versi yang dirilis, Alex, Clear, dan Carter berhasil selamat dari maut, setidaknya untuk sementara waktu. Kematian akhirnya menjemput Carter di Paris, menyisakan akhir yang menggantung bagi Alex dan Clear.
Namun, kejutan kembali terjadi di Final Destination 2. Clear Rivers kembali hadir, tetapi tanpa Alex. Dialog dalam film mengisyaratkan bahwa Alex telah meninggal dunia, meskipun tidak diperlihatkan secara gamblang bagaimana kematiannya terjadi. Hal ini kemudian memunculkan spekulasi mengenai adanya konflik antara Devon Sawa dan New Line Cinema. Beberapa rumor menyebutkan bahwa keputusan untuk mematikan karakter Alex di film kedua disebabkan oleh perselisihan terkait gaji.
Konon, Devon Sawa meminta kenaikan gaji yang ditolak oleh pihak studio, sehingga ia memutuskan untuk mundur dari proyek tersebut. Namun, produser Craig Perry membantah rumor ini. Dalam sebuah wawancara, ia menegaskan bahwa kematian Alex adalah bagian dari kebutuhan naratif cerita. Menurutnya, kembalinya Clear Rivers akan menjadi lebih menarik jika ia menjadi satu-satunya penghubung dari film pertama. Selain itu, membawa dua karakter dari film sebelumnya dinilai akan menimbulkan banyak pertanyaan dan menghambat perkembangan karakter baru.
Craig Perry juga menjelaskan bahwa keputusan untuk menghadirkan Clear seorang diri didasari oleh fakta bahwa Clear tahu persis bahaya yang dihadapi Kimberly Corman di film kedua. Clear, yang mengasingkan diri di rumah sakit jiwa demi keselamatan dirinya, dianggap sebagai mentor yang sempurna bagi Kimberly.
Dengan demikian, nasib karakter Alex Browning di Final Destination merupakan contoh menarik tentang bagaimana umpan balik penonton dan pertimbangan naratif dapat memengaruhi jalan cerita sebuah film. Meskipun awalnya dicintai dan diselamatkan oleh penonton, pada akhirnya ia harus mengalah pada tuntutan cerita.