Insentif Pemerintah Pacu Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2025
Momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2025 diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan, didorong oleh serangkaian kebijakan insentif yang digulirkan pemerintah. Pencairan gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi salah satu faktor kunci yang diharapkan mampu mendongkrak daya beli masyarakat dan pada gilirannya, memacu konsumsi rumah tangga.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, menuturkan bahwa realisasi insentif pemerintah berpotensi mengerek pertumbuhan ekonomi mendekati angka 5 persen secara tahunan (year on year). Faisal menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, mencapai sekitar 55 persen. Oleh karena itu, berbagai stimulus yang diberikan pemerintah diharapkan dapat mengoptimalkan potensi konsumsi masyarakat.
"Paket insentif ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan dari sisi konsumsi rumah tangga," ujar Faisal, seraya menambahkan bahwa efektivitas insentif akan sangat bergantung pada durasi dan besaran yang diberikan. Insentif yang berlangsung singkat, misalnya hanya dua bulan, tentu akan memberikan dampak yang terbatas. Dengan adanya insentif ini, Faisal memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dapat meningkat dari 4,8 persen menjadi 4,9 persen. Namun, ia menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti investasi, ekspor, dan impor.
Senada dengan Faisal, Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyampaikan bahwa total nilai insentif yang digelontorkan pemerintah mencapai sekitar Rp 50 triliun. Separuh dari jumlah tersebut akan direalisasikan pada bulan Juni 2025. Kombinasi antara pencairan gaji ke-13 ASN dan realisasi insentif lainnya diproyeksikan memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025, yang berpotensi mendekati level 5 persen.
Meski demikian, Wijayanto mengingatkan bahwa pertumbuhan ini bersifat sementara dan tidak berkelanjutan. Tanpa adanya insentif yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 yang sesungguhnya diperkirakan bisa lebih rendah hampir 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah perlu mencari strategi pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan dalam jangka panjang, seperti meningkatkan investasi dan daya saing ekspor.
Secara keseluruhan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 terlihat menjanjikan berkat adanya stimulus dari pemerintah. Namun, tantangan ke depan adalah bagaimana menjaga momentum pertumbuhan ini dan memastikan keberlanjutannya di masa mendatang.
Berikut adalah faktor pendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025:
- Pencairan gaji ke-13 ASN
- Insentif pemerintah
- Peningkatan konsumsi rumah tangga