Perjuangan Warga Desa Terapung Muara Enggelam dalam Mengakses LPG: Keadilan Energi di Ujung Kalimantan
Desa Muara Enggelam: Potret Kehidupan di Atas Air dan Akses Energi yang Terbatas
Desa Muara Enggelam, sebuah permukiman unik di Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, menawarkan pemandangan yang memukau sekaligus tantangan tersendiri. Terletak di tengah hamparan Danau Melintang yang luas, desa ini sepenuhnya terapung, dengan rumah-rumah panggung kayu ulin yang kokoh terhubung oleh jembatan kayu. Tidak ada daratan di sini, sehingga akses ke desa ini hanya melalui jalur air.
Keterbatasan geografis ini berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama dalam hal logistik dan ketersediaan energi. Segala kebutuhan, mulai dari bahan pangan hingga energi seperti gas LPG, bergantung sepenuhnya pada transportasi sungai. Hal ini menjadikan distribusi LPG 3 kilogram bersubsidi sebagai sebuah tantangan tersendiri.
LPG: Harapan Baru di Tengah Keterbatasan
Dahulu, masyarakat Muara Enggelam mengandalkan kayu bakar dan minyak tanah untuk kebutuhan memasak dan penerangan. Namun, kehadiran gas LPG 3 kilogram membawa perubahan yang signifikan, meskipun tidak serta merta menghilangkan semua kesulitan.
Bagi Heri, seorang kepala sekolah dan pemilik warung makan ikan salai, LPG telah membawa efisiensi dan kebersihan ke dapurnya. Proses memasak menjadi lebih cepat dan praktis dibandingkan menggunakan arang. Namun, ia juga mengakui bahwa harga LPG di desanya bisa mencapai dua kali lipat dari harga normal akibat biaya transportasi dan rantai distribusi yang panjang.
Senada dengan Heri, Madi, Kepala Desa Muara Enggelam, memahami betul pentingnya energi bagi keberlanjutan ekonomi lokal. Ia menyambut baik kehadiran LPG, tetapi juga menyadari adanya kendala dalam distribusi dan harga yang memberatkan warganya. Madi berharap Pertamina dapat bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk membuka pangkalan LPG resmi di Muara Enggelam, sehingga dapat menstabilkan harga dan memastikan akses yang adil bagi seluruh warga.
Peran Sukardi: Menjaga Api di Dapur Warga
Di tengah keterbatasan ini, Sukardi, seorang pengantar gas, memegang peranan penting dalam menjaga ketersediaan LPG di Desa Enggelam, sebuah dusun yang terletak tidak jauh dari Muara Enggelam. Setiap minggu, ia mengangkut puluhan tabung gas dari Kota Bangun menuju pangkalan gas miliknya. Meskipun biaya transportasi cukup tinggi, Sukardi menyadari tanggung jawab sosialnya untuk memastikan dapur-dapur di kampungnya tetap menyala.
Kehadiran LPG juga dirasakan manfaatnya oleh Yuniarti, seorang ibu rumah tangga di Desa Enggelam. Ia mengatakan bahwa LPG telah membuat proses memasak lebih cepat, bersih, dan praktis. Meskipun harga LPG di desanya lebih mahal dibandingkan di kota, ia bersyukur dapat mengakses energi yang lebih bersih dan efisien.
Komitmen Pertamina untuk Keadilan Energi
Ahad Jabbar Syaifullah, Sales Branch Manager Gas Kalimantan Timur-Utara, menegaskan komitmen Pertamina untuk menghadirkan keadilan energi hingga ke pelosok negeri. Ia menjelaskan bahwa program One Village One Outlet (OVOO) merupakan wujud komitmen tersebut, dengan tujuan memastikan setiap desa memiliki akses terhadap energi, tanpa terkecuali.
Namun, Ahad mengakui bahwa distribusi LPG ke desa-desa terpencil seperti Muara Enggelam dan Enggelam bukanlah perkara mudah. Biaya logistik yang tinggi dan ketidaksesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET) menjadi kendala utama. Ia berharap pemerintah daerah dapat melakukan penyesuaian HET agar sesuai dengan kondisi riil di lapangan.
Pertamina terus berupaya untuk memperluas jangkauan distribusi LPG hingga ke desa-desa terpencil di Kalimantan Timur. Meskipun masih banyak tantangan yang dihadapi, Pertamina berkomitmen untuk memastikan bahwa masyarakat di desa-desa terpencil memiliki akses yang adil terhadap energi.
Harapan untuk Masa Depan
Masyarakat Muara Enggelam dan Enggelam berharap agar pemerintah dan Pertamina dapat terus memberikan perhatian dan dukungan untuk meningkatkan akses energi di desa mereka. Dengan adanya pangkalan LPG resmi, harga yang stabil, dan subsidi yang memadai, diharapkan dapat meringankan beban ekonomi warga dan mendukung aktivitas ekonomi lokal. Selain itu, perhatian juga diharapkan diberikan pada peningkatan infrastruktur dasar lainnya, seperti akses air bersih, sanitasi yang layak, dan jaringan komunikasi yang stabil.