Kisah di Balik Layar Kereta Cepat Whoosh: Perjuangan dan Tantangan Pramugari
Di balik gemerlap Kereta Cepat Whoosh dan senyum ramah para train attendant, terdapat cerita tentang seleksi ketat, pelatihan intensif, dan dedikasi tinggi. Fitri Ahmad Destriana, seorang pramugari angkatan pertama Whoosh, berbagi pengalamannya dalam meniti karier di moda transportasi revolusioner ini.
Fitri mengungkapkan ketertarikannya pada Whoosh sejak awal mendengar pembukaan lowongan. Baginya, ini adalah kesempatan langka untuk menjadi bagian dari sejarah transportasi di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Proses rekrutmen yang panjang dan kompetitif menjadi tantangan tersendiri. Mulai dari seleksi administrasi, wawancara mendalam, hingga pelatihan intensif, semua harus dilalui dengan tekad dan semangat.
Latar belakang pendidikan Fitri di bidang hospitality, dengan SMK jurusan akomodasi perhotelan, menjadi modal berharga. Meski awalnya bercita-cita menjadi pramugari pesawat, Fitri melihat Whoosh sebagai peluang emas untuk berkontribusi dalam perkembangan transportasi nasional. Persyaratan umum seperti ijazah minimal SMA/SMK, usia minimal 18 tahun, tinggi badan minimal 160 cm, dan kondisi kesehatan yang prima, menjadi gerbang awal menuju impiannya.
Menjadi pramugari Whoosh bukan hanya tentang memberikan pelayanan prima, tetapi juga tentang menjaga profesionalisme dalam setiap situasi. Fitri mengakui bahwa menjaga mood tetap baik adalah tantangan terbesarnya. Ia harus mampu mengatasi emosi pribadi dan tetap memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang. Kesehatan fisik dan mental menjadi faktor penting dalam menjalankan tugasnya.
"Tantangan terbesarnya adalah menjaga mood agar selalu tetap baik ya. Misalnya ada kalanya mood saya hari ini tidak baik gitu ya, saya harus selalu mengatur itu karena kita kerja melayani penumpang. Saya juga tetap mau penumpang merasa nyaman dan puas dengan pelayanan yang kita berikan," ujar Fitri.
Selama bertugas, Fitri menghadapi berbagai karakter penumpang, mulai dari yang unik hingga yang lucu. Ia bahkan pernah bertemu dengan idolanya di dalam kereta. Pengalaman-pengalaman ini menjadi warna tersendiri dalam pekerjaannya.
"Pengalaman unik buat saya, paling penumpang tuh kadang ngomong gini, 'Mbak, kalau saya duduknya di gerbang paling depan, berarti saya sampai duluan ya?'. Kemudian saya juga sering ketemu idola-idola saya yang lucu-lucu gitu ya, sebagai penghibur kita, lagi kerja juga gitu kan," kata Fitri.
Kepuasan penumpang menjadi prioritas utama bagi Fitri. Ia merasa bahagia dan termotivasi ketika melihat penumpang tersenyum dan berterima kasih atas pelayanannya. Baginya, senyum kepuasan penumpang adalah bukti bahwa ia telah memberikan yang terbaik.
Fitri berharap, melalui pelayanan yang diberikan, penumpang merasa senang dan nyaman selama perjalanan dengan Whoosh. Ia ingin memberikan kesan positif dan menjadikan pengalaman naik kereta cepat ini sebagai kenangan indah bagi setiap penumpang.