Dekade Investasi Berbuah Manis: PSG Angkat Trofi Liga Champions 2025

Paris Saint-Germain (PSG) akhirnya berhasil mewujudkan ambisi meraih gelar juara Liga Champions musim 2024/2025. Kemenangan telak 5-0 atas Inter Milan di Allianz Arena, Munich, pada Sabtu (31/5/2025) malam, menjadi momen bersejarah bagi klub kebanggaan kota Paris ini.

Lebih dari sekadar kemenangan di lapangan hijau, keberhasilan ini adalah kulminasi dari investasi besar dan kemitraan strategis antara Qatar dan Perancis yang telah terjalin lebih dari satu dekade. Perjalanan panjang ini bermula dari sebuah pertemuan penting yang membuka jalan bagi transformasi PSG menjadi kekuatan sepak bola dunia.

Awal mula kedekatan Qatar dan PSG dapat ditelusuri kembali ke tanggal 23 November 2010. Istana Elysee menjadi saksi bisu jamuan makan siang yang dihadiri oleh Presiden Perancis saat itu, Nicolas Sarkozy, bersama Sheikh Tamim Bin Hamad Al Thani (yang kini menjabat sebagai Emir Qatar) dan Hamad bin Jassim bin Jaber Al Thani, mantan Perdana Menteri Qatar. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Presiden UEFA kala itu, Michel Platini. Dalam pertemuan tersebut, Qatar memperoleh dukungan penting untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, dengan Platini menyatakan dukungannya atas dasar "apa yang baik untuk sepak bola."

Setahun kemudian, pada tahun 2011, Qatar Sports Investment (QSI) secara resmi mengakuisisi 70 persen saham PSG dengan nilai investasi mencapai 50 juta euro. Langkah ini menjadi titik balik bagi klub yang sebelumnya berjuang dengan masalah finansial dan performa yang kurang memuaskan. Suntikan dana dari Qatar mengubah wajah PSG secara dramatis. Mereka berhasil mendominasi Ligue 1 dengan meraih 11 gelar juara dari 13 musim terakhir. Valuasi klub pun meroket, mencapai 4,4 miliar dollar AS, menjadikannya salah satu klub sepak bola paling berharga di dunia.

Presiden PSG, Nasser Al Khelaifi, yang juga merupakan tokoh kunci dari Qatar, sejak awal telah menjadikan gelar Liga Champions sebagai target utama. Setelah beberapa kali mengalami kegagalan, ambisi tersebut akhirnya terwujud. Bagi Qatar, kepemilikan atas PSG bukan hanya sekadar tentang pencapaian olahraga. Lebih dari itu, mereka memiliki visi untuk membangun merek yang kuat dan memiliki daya tarik global. Investasi besar juga dialokasikan untuk membangun fasilitas pelatihan modern senilai 350 juta euro serta memperluas basis penggemar secara global.

Dr. David Roberts, seorang analis keamanan internasional dari King’s College London, menyoroti bahwa investasi Qatar di PSG tidak dapat dipisahkan dari konteks geopolitik yang lebih luas. Qatar menggunakan olahraga sebagai bentuk "keamanan melalui keterlihatan," sebuah strategi untuk meningkatkan profil dan pengaruh mereka di tengah dinamika regional yang kompleks. Christopher Davidson, penulis buku Shadow Wars, menyebut strategi ini sebagai bentuk kekuatan lunak (soft power) Qatar. Melalui PSG, Qatar berupaya memperkuat hubungan dengan negara-negara besar dan mendiversifikasi ekonominya yang selama ini bergantung pada sumber daya alam.

Strategi Qatar ini berbeda dengan pendekatan investasi olahraga yang dilakukan oleh negara Teluk lainnya, seperti Uni Emirat Arab (UEA) di Manchester City dan Arab Saudi di Newcastle United. Qatar cenderung lebih fokus pada penguatan citra dan prestise merek PSG, sementara negara lain mungkin memiliki strategi investasi jangka panjang yang lebih beragam.

Di awal era kepemilikannya, PSG dikenal dengan strategi "bling-bling," yaitu merekrut pemain-pemain bintang dunia seperti Zlatan Ibrahimovic, David Beckham, Neymar, dan Lionel Messi. Namun, kini klub mulai beralih ke pendekatan yang lebih berkelanjutan dengan fokus pada pengembangan pemain muda dan pembinaan jangka panjang.

Meskipun sempat beredar rumor tentang potensi penjualan PSG oleh Qatar, QSI menegaskan komitmennya terhadap klub dan proyek-proyek besar yang sedang berjalan. Posisi Qatar di kancah sepak bola Eropa semakin kokoh dengan terpilihnya Sheikh Nasser sebagai Ketua Asosiasi Klub Eropa (ECA), yang menjadikannya pemain kunci dalam pengambilan keputusan strategis di sepak bola Eropa.

Gelar Liga Champions yang diraih PSG pada tahun 2025 bukan hanya sekadar catatan sejarah dalam dunia olahraga. Trofi tersebut juga menjadi simbol keberhasilan Qatar dalam membangun jaringan pengaruh global melalui strategi kekuatan lunak dan diplomasi olahraga yang cerdas.