CEO Nvidia Ungkap Dilema Kebijakan Perdagangan AS: Pujian dan Kekhawatiran

Kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan mantan Presiden Donald Trump menuai pujian sekaligus kekhawatiran dari CEO Nvidia, Jensen Huang. Dalam sebuah wawancara, Huang mengakui bahwa langkah-langkah proteksionis yang diterapkan AS telah menciptakan tantangan geopolitik yang signifikan bagi perusahaannya, namun ia juga memuji visi di balik kebijakan tersebut.

Huang menyatakan bahwa inisiatif Trump untuk mengenakan tarif impor memiliki tujuan mulia, yaitu menghidupkan kembali industri manufaktur lokal di Amerika Serikat. Ia melihatnya sebagai upaya yang berani dan visioner untuk mengubah lanskap ekonomi negara dalam jangka panjang.

"Pemikiran di balik tarif, sebagai pilar dari visi yang kuat untuk reindustrialisasi perakitan lokal dan memotivasi negara lain untuk berinvestasi di Amerika Serikat, adalah visi yang sangat luar biasa," ungkap Huang.

Namun, di balik pujian tersebut, Huang juga menyampaikan kekhawatiran mendalam terkait dampak kebijakan ekspor AS terhadap operasional Nvidia, terutama di pasar Tiongkok. Ia mengungkapkan bahwa aturan ekspor yang ketat telah menghambat kemampuan Nvidia untuk bersaing di pasar chip terbesar di dunia tersebut.

"Banyak engineer kami sedang bekerja keras," kata Huang, mengisyaratkan upaya Nvidia untuk mengembangkan chip yang sesuai dengan regulasi ekspor AS, khusus untuk pasar Tiongkok. Nvidia sebelumnya memperkirakan potensi kerugian pendapatan hingga USD 8 miliar pada kuartal ini akibat pembatasan ekspor tersebut.

Lebih lanjut, Huang menyoroti konsekuensi yang lebih luas dari hilangnya akses ke pasar Tiongkok. Ia mencatat bahwa sekitar 50% peneliti kecerdasan buatan (AI) saat ini berbasis di Tiongkok, dan aturan ekspor AS mendorong banyak pengembang untuk beralih ke perusahaan lokal seperti Huawei.

"Itu adalah bagian yang disayangkan akibat perubahan aturan ini," ujarnya.

Huang juga memperingatkan bahwa perusahaan-perusahaan Tiongkok dengan cepat mengejar ketertinggalan teknologi mereka. Sebagai contoh, ia menyebutkan bahwa chip AI terbaru Huawei telah mampu menyaingi chip Nvidia H200. Ironisnya, Nvidia bahkan tidak diizinkan mengekspor chip H20 -- versi 'disunat' dari H200 -- ke Tiongkok berdasarkan aturan AS. Huang menambahkan bahwa tidak mungkin lagi menurunkan performa chip H20 agar sesuai dengan regulasi.

Implikasi dari situasi ini sangat kompleks. Di satu sisi, Nvidia mengakui manfaat potensial dari kebijakan perdagangan AS dalam mendorong reindustrialisasi dan investasi domestik. Namun, di sisi lain, perusahaan menghadapi tantangan signifikan dalam mempertahankan pangsa pasar di Tiongkok dan bersaing dengan perusahaan lokal yang semakin berkembang.