Pameran "Hamong Nagari": Mengungkap Makna Busana dan Sejarah Pemerintahan di Keraton Yogyakarta

Pameran "Hamong Nagari": Mengungkap Makna Busana dan Sejarah Pemerintahan di Keraton Yogyakarta

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat baru-baru ini menggelar pameran temporer bertajuk "Hamong Nagari", yang dibuka untuk umum pada 8 Maret 2025 di Kagungan Dalem Kedhaton. Pameran ini, yang diresmikan pada 7 Maret 2025 di Kagungan Dalem Pagelaran, tidak sekadar memamerkan busana aparatur nagari, tetapi juga menjadi wahana edukatif yang menyelami sejarah dan evolusi peran Abdi Dalem dalam konteks Keraton Yogyakarta dan sejarah Indonesia. Nyi RRy Noorsundari, Pimpinan Produksi dari Keraton, menjelaskan bahwa pameran ini bertujuan untuk mengungkap makna mendalam dari busana-busana tersebut, yang jauh melampaui fungsi semata sebagai pakaian.

Busana-busana yang dipamerkan, yang dikenakan oleh aparatur nagari, merepresentasikan sistem hierarki sosial dan struktur kekuasaan di lingkungan Keraton. Setiap detail, setiap motif, dan setiap aksesori memiliki makna dan simbolisme yang tertanam dalam tradisi dan filosofi Keraton Yogyakarta. Pameran ini menyajikan analisis yang cermat mengenai bagaimana busana tersebut mencerminkan status sosial, pangkat, serta peran individu di dalam sistem pemerintahan Kesultanan. Lebih jauh lagi, pameran ini juga mengeksplorasi bagaimana adaptasi dan perubahan fungsi Abdi Dalem seiring dengan dinamika kebutuhan sumber daya manusia di Keraton sepanjang sejarahnya.

Selain memamerkan busana, pameran "Hamong Nagari" juga menghadirkan aspek-aspek lain yang relevan dengan sejarah dan pemerintahan di Yogyakarta. Seperti yang disampaikan oleh Carik Kawedanan Radya Kartiyasa, pameran ini juga menampilkan jejak administrasi dan toponimi kampung-kampung di Yogyakarta, memungkinkan pengunjung untuk membandingkan perbedaan era pra-kemerdekaan dan pasca-kemerdekaan Indonesia. Penyajian informasi yang kekinian dan tata artistik yang modern menjadi daya tarik tersendiri dari pameran ini, sehingga mampu menarik minat berbagai kalangan usia dan latar belakang.

Puncak acara pembukaan pameran dimeriahkan dengan peragaan busana yang memukau. Para aparatur nagari memperagakan beragam atribut kesatuan Abdi Dalem beserta simbol-simbolnya, menampilkan keindahan dan keanggunan tradisi Keraton. Iringan musik a cappella dari Yogyakarta Royal Choir semakin menambah khidmat dan keistimewaan acara tersebut. Nyi RRy Noorsundari juga menekankan pentingnya konteks historis Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia pada periode 4 Januari 1946 hingga 27 Desember 1949, serta pengaruh sistem pemerintahan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat terhadap sistem pemerintahan Indonesia.

Melalui pameran "Hamong Nagari", Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak hanya melestarikan warisan budaya berupa busana tradisional, tetapi juga berupaya untuk meningkatkan pemahaman publik mengenai sejarah, budaya, dan sistem pemerintahan Keraton. Pameran ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat untuk lebih menghargai nilai-nilai luhur dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.

Berikut beberapa poin penting dari pameran:

  • Pameran temporer "Hamong Nagari" di Keraton Yogyakarta.
  • Menampilkan busana aparatur nagari dan maknanya.
  • Menunjukkan evolusi peran Abdi Dalem.
  • Membandingkan era pra dan pasca kemerdekaan Indonesia.
  • Peragaan busana dengan iringan Yogyakarta Royal Choir.
  • Pameran dibuka untuk umum di Kagungan Dalem Kedhaton.
  • Menekankan pentingnya sejarah Yogyakarta sebagai ibu kota RI.