Kisah Inspiratif: Semangat Pantang Menyerah Kakek 72 Tahun Jualan Ramen Gerobak di Nagoya
Di tengah modernitas kota-kota besar Jepang, pemandangan penjual makanan keliling dengan gerobak masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama di kota-kota kecil. Salah satu kisah yang menginspirasi datang dari seorang kakek berusia 72 tahun di Nagoya yang setia menjajakan ramen lezatnya menggunakan gerobak sederhana.
Kakek yang namanya belum diketahui ini, dengan gigih mendorong gerobak ramennya setiap hari, menawarkan hidangan tradisional yang otentik kepada para pelanggan. Gerobak ramennya, yang diperkirakan memiliki berat sekitar 200 kilogram, menjadi saksi bisu semangatnya yang tak pernah padam. Di usianya yang senja, ia tetap bersemangat berkeliling kawasan Nagoya untuk menjajakan dagangannya.
Seorang YouTuber bernama Tzuyang baru-baru ini membagikan pengalamannya mencicipi ramen buatan kakek tersebut. Dalam videonya, Tzuyang menunjukkan proses pembuatan ramen yang masih sangat tradisional. Kuah kaldu ramen dibuat sendiri oleh sang kakek dengan merebus daging babi selama berjam-jam hingga menghasilkan cita rasa yang kaya dan gurih. Mienya pun baru direbus saat ada pelanggan yang memesan, menjamin kesegaran setiap mangkuk ramen yang disajikan.
Seporsi ramen disajikan dengan sederhana namun menggugah selera. Mangkuk berisi mie yang disiram kuah kaldu babi yang lezat, diberi topping potongan daging babi panggang (charsiu) dan irisan daun bawang segar. Tzuyang, yang penasaran dengan cita rasa ramen gerobakan ini, mengungkapkan bahwa harganya sangat terjangkau, mulai dari 500 Yen atau sekitar Rp 56.000 per porsi.
Setelah mencicipi ramen buatan sang kakek, Tzuyang dibuat terkesan dengan rasanya yang unik. Ia menggambarkan rasanya ringan, namun tetap kaya rasa seperti mie dengan kuah kaldu ayam. Daging babi panggangnya pun sangat lezat dan lembut. Tzuyang bahkan menghabiskan hingga 10 mangkuk ramen karena begitu menikmati hidangan tersebut.
"Rasa ramen ini enak, mirip mie dengan kuah kaldu ayam," ungkap Tzuyang dalam videonya.
"Charsiunya juga enak!" tambahnya.
Tzuyang awalnya hanya ingin merasakan sensasi makan ramen di gerobak kaki lima khas Jepang. Namun, ia akhirnya terpesona dengan cita rasa ramen racikan sang kakek yang otentik dan lezat. Ia juga menambahkan bahwa rasa kuah ramen akan semakin kaya jika waktu berjualannya semakin lama.
"Kalau ingin menikmati kuah yang terasa shoyu, datang dari pagi. Semakin lama rasanya lebih terasa daging," jelasnya.
Kisah kakek penjual ramen gerobak di Nagoya ini menjadi viral dan menginspirasi banyak orang. Semangatnya yang pantang menyerah dan dedikasinya untuk mempertahankan tradisi kuliner Jepang patut diacungi jempol. Kisah ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menghargai kerja keras dan cita rasa otentik yang ditawarkan oleh para penjual makanan keliling.