Lonjakan Kasus COVID-19 di Thailand Picu Kekhawatiran, Sekolah Kembali Terapkan Pembelajaran Jarak Jauh

Thailand menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang signifikan, mendorong otoritas kesehatan untuk kembali menyerukan kewaspadaan dan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Data terbaru menunjukkan adanya penambahan 18.062 kasus baru dalam satu hari, menjadikan total kasus kumulatif di tahun 2025 mencapai 240.606 kasus. Sayangnya, peningkatan kasus ini juga diikuti dengan bertambahnya angka kematian, dengan 53 jiwa dilaporkan meninggal dunia.

Klaster penyebaran COVID-19 di kalangan siswa menjadi perhatian utama pemerintah. Pasca libur sekolah, sejumlah klaster baru muncul di berbagai institusi pendidikan. Secara rinci, terdapat 14 klaster yang teridentifikasi, meliputi:

  • Enam klaster di penjara dengan total 198 kasus.
  • Lima klaster di sekolah dengan total 258 kasus.
  • Dua klaster di pangkalan militer dengan total 178 kasus.
  • Satu klaster di rumah sakit dengan total 35 kasus.

Merespon situasi ini, sekolah-sekolah di Thailand mulai mengambil langkah antisipasi. Salah satunya adalah Sekolah Bangkaew di bawah Pemerintah Kota Bangkaew, Distrik Bang Phli, Provinsi Samut Prakan, yang mengumumkan penutupan sementara. Langkah ini diambil menyusul lonjakan kasus COVID-19 yang signifikan di kalangan siswa yang berisiko tinggi. Kegiatan belajar mengajar tatap muka dihentikan sementara mulai tanggal 4 hingga 6 Juni 2025, dan siswa diminta untuk belajar dari rumah. Sekolah berencana untuk kembali membuka kegiatan belajar mengajar normal pada tanggal 9 Juni 2025, dengan himbauan kepada siswa, guru, dan staf untuk tetap menjaga kesehatan, menghindari area berisiko tinggi, serta mematuhi protokol kesehatan.

Pemerintah Thailand juga mengimbau para orang tua untuk tidak membawa bayi di bawah usia satu tahun ke tempat umum yang ramai. Sistem kekebalan tubuh bayi yang belum sempurna membuat mereka rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2 dan risiko gejala berat.

Sementara itu, data dari Departemen Ilmu Kedokteran menunjukkan bahwa varian Omicron JN.1 masih menjadi varian dominan di Thailand, menyumbang 63,92 persen dari kasus yang terdeteksi antara Januari 2024 hingga 6 Mei 2025. Varian XEC tercatat mengalami penurunan menjadi 3,07 persen. Departemen pengendalian penyakit Thailand menjelaskan bahwa meskipun varian baru ini tidak menyebabkan gejala yang lebih parah, penyebarannya lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya.