Masjid Sejuta Pemuda At-Tin: Inovasi Ramah Musafir dan Kucing di Sukabumi
Masjid Sejuta Pemuda At-Tin: Inovasi Ramah Musafir dan Kucing di Sukabumi
Anggy Firmansyah Sulaiman, pendiri Masjid Sejuta Pemuda At-Tin di Sukabumi, Jawa Barat, telah berhasil mewujudkan visi membangun masjid yang bukan sekadar tempat ibadah formal, melainkan rumah bagi semua. Berangkat dari keresahan melihat masjid yang seringkali dianggap terbatas dan kurang ramah, Anggy merancang konsep masjid yang terbuka, nyaman, dan inklusif bagi semua kalangan, termasuk musafir dan bahkan kucing-kucing liar di sekitarnya. Gagasan ini yang dimulai sejak tahun 2021, menuai hasil nyata pada 9 Maret 2024 dengan berdirinya masjid pertama di Sukabumi. Nama masjid yang unik, merupakan perpaduan antara visi awal Masjid Sejuta Pemuda dan nama masjid yang sudah ada di lahan tersebut, yaitu Masjid At-Tin, sebagai bentuk penghormatan terhadap pewakif.
Konsep utama Masjid Sejuta Pemuda At-Tin adalah menciptakan suasana yang nyaman dan menenangkan bagi seluruh jamaah. Lebih dari sekadar tempat salat, masjid ini dirancang sebagai pusat interaksi sosial dan solusi bagi berbagai kebutuhan. Fasilitas yang lengkap dan terjaga kebersihannya, seperti toilet yang bersih, ruangan yang wangi dan rapi, serta imam dengan bacaan yang merdu, menjadi prioritas utama. Setelah menunaikan ibadah, jamaah dapat menikmati kopi, makanan ringan, atau sekadar berbincang-bincang. Tujuannya adalah menjadikan masjid sebagai tempat ibadah sekaligus ruang untuk melepas penat dan menemukan ketenangan. Komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah tercermin dalam berbagai detail, mulai dari kenyamanan fisik hingga keramahan para pengelola. Hal ini sejalan dengan visi untuk menjadikan masjid sebagai tempat yang truly welcome untuk semua orang.
Keunikan Masjid Sejuta Pemuda At-Tin juga terletak pada komitmennya dalam merawat hewan, khususnya kucing-kucing liar di sekitar masjid. Berawal dari menemukan anak kucing yang dibuang, inisiatif ini berkembang menjadi program pemeliharaan kucing-kucing liar dengan menyediakan kandang, makanan, dan tempat tidur. Meskipun demikian, kebersihan tetap menjadi prioritas utama. Pihak masjid memasang door closer untuk mencegah kucing masuk ke area salat, memastikan kesucian tempat ibadah tetap terjaga. Keberadaan kucing-kucing ini menjadi daya tarik tersendiri, dan menunjukkan kepedulian masjid terhadap kesejahteraan makhluk hidup lainnya, sebuah nilai tambah yang memperkuat citra masjid sebagai tempat yang penuh kasih sayang dan inklusif. Upaya-upaya ini kemudian dibagikan melalui media sosial dan mendapat respon positif dari masyarakat luas.
Model keberhasilan Masjid Sejuta Pemuda At-Tin di Sukabumi telah menginspirasi perluasan jangkauan ke daerah lainnya. Saat ini, konsep yang sama telah diterapkan di dua cabang lain, yaitu Masjid Ash-Shobur di Cianjur dan Masjid Pemuda Al-Kahfi di Purwakarta. Namun, sebelum mendirikan cabang baru, sumber daya manusia diwajibkan untuk menjalani pelatihan di Sukabumi terlebih dahulu, guna memastikan konsistensi kualitas pelayanan dan nilai-nilai yang diusung. Hal ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk menjaga standar kualitas dan keberlanjutan visi Masjid Sejuta Pemuda At-Tin dalam menyebarkan dampak positif ke seluruh wilayah. Keberhasilan ini juga menunjukan bahwa inovasi dan kepedulian mampu menarik minat masyarakat untuk kembali mendekatkan diri ke masjid.
Masjid Sejuta Pemuda At-Tin bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi juga representasi dari semangat inovasi dan kesejahteraan yang inklusif. Komitmen terhadap kenyamanan jamaah, kepedulian terhadap lingkungan, dan penggunaan media sosial sebagai alat komunikasi efektif merupakan strategi yang sukses dalam menarik minat masyarakat. Model ini bisa menjadi inspirasi bagi masjid-masjid lain untuk berinovasi dan menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan nyaman bagi semua orang.