Tradisi Jaburan Masjid Jami Jomblang: Silaturahmi dan Ukhuwah Islamiyah di Bulan Ramadan
Tradisi Jaburan Masjid Jami Jomblang: Silaturahmi dan Ukhuwah Islamiyah di Bulan Ramadan
Masjid Jami Jomblang, yang terletak di Jalan Jomblang Barat, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, telah menjaga kelestarian tradisi unik berbuka puasa yang dikenal sebagai 'Jaburan' sejak tahun 1933. Tradisi ini bukan sekadar kegiatan makan bersama, melainkan perwujudan nyata dari semangat ukhuwah Islamiyah dan keakraban antarwarga. Setiap sore di bulan Ramadan, puluhan warga dari berbagai usia, mulai anak-anak hingga lansia, berkumpul di serambi masjid. Suasana khidmat menyelimuti mereka ketika bersama-sama melantunkan Asmaul Husna, sebelum kemudian mengikuti kajian keagamaan yang disampaikan oleh ustadz yang berbeda setiap harinya.
Pengurus Masjid Jami Jomblang, Mashud Halimi, menjelaskan makna di balik 'Jaburan'. "Jaburan," ujarnya, "berarti sesuatu yang dimakan bersama-sama menjelang buka puasa." Lebih dari sekadar makan bersama, Jaburan menjadi wadah untuk mempererat tali silaturahmi antarjemaah. Setelah kajian, suasana semakin hangat dengan bunyi kentongan masjid yang menandakan waktu Maghrib telah tiba. Jemaah pun menikmati hidangan berbuka berupa teh hangat, takjil, dan aneka makanan yang disediakan secara gotong royong oleh warga sekitar. "Jajanan ini disumbangkan warga setempat, secara bergantian dan ala kadarnya. Inilah yang sudah menjadi tradisi sejak lama," tambah Mashud.
Keunikan tradisi Jaburan terletak pada partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat. Selly, salah seorang warga Jomblang, mengungkapkan kebahagiaannya atas keakraban yang tercipta. "Alhamdulillah, saya senang, sekarang malah tambah ramai. Kalau tidak ada Jaburan, kadang kami sulit berkumpul," tuturnya. Semangat kebersamaan ini juga dirayakan dengan keterbukaan bagi siapapun yang ingin turut serta. Musafir atau siapapun yang kebetulan berada di sekitar masjid dipersilakan untuk bergabung dan menikmati berbuka puasa bersama warga Jomblang. "Kami menerima orang-orang dari luar, musafir boleh sekali ikut Jaburan di sini," ujar Uca, warga lainnya.
Lebih dari sekadar tradisi makan bersama, Jaburan di Masjid Jami Jomblang telah berkembang menjadi simbol penting bagi masyarakat setempat. Ia merepresentasikan nilai-nilai keagamaan, kearifan lokal, dan semangat kebersamaan dalam menyambut bulan Ramadan. Harapannya, tradisi Jaburan ini akan terus lestari dan semakin dikenal luas, tidak hanya di Kota Semarang, melainkan juga di seluruh Indonesia, sebagai contoh nyata syiar Islam yang penuh dengan nilai-nilai persaudaraan dan keakraban. Dengan tetap mempertahankan esensi kearifan lokal, Jaburan mampu menjadi perekat sosial sekaligus penguat identitas komunitas muslim di Jomblang.
Beberapa poin penting dari tradisi Jaburan:
- Dimulai sejak tahun 1933.
- Menggabungkan lantunan Asmaul Husna dan kajian agama.
- Makanan dan minuman disiapkan secara gotong royong oleh warga setempat.
- Terbuka untuk umum, termasuk musafir.
- Mewujudkan semangat kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah.