Surplus Neraca Dagang Indonesia Diprediksi Menyusut pada April 2025 Akibat Pelemahan Ekspor Komoditas

Surplus Neraca Dagang Indonesia Diprediksi Menyusut pada April 2025 Akibat Pelemahan Ekspor Komoditas

Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan mencatatkan surplus pada April 2025, meskipun angkanya diproyeksikan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Proyeksi ini didasarkan pada analisis dari beberapa ekonom terkemuka, yang menyoroti adanya perlambatan dalam aktivitas ekspor dan impor.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, memperkirakan bahwa surplus neraca dagang akan menyusut menjadi sekitar 2,70 miliar dollar AS. Angka ini lebih rendah dibandingkan surplus pada Maret 2025 yang mencapai 4,33 miliar dollar AS. Penurunan ini, menurut Andry, disebabkan oleh moderasi ekspor sebagai dampak dari penurunan harga komoditas global. Prediksi serupa juga datang dari Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, yang memperkirakan surplus neraca dagang pada April 2025 akan berada di kisaran 3,10 miliar dollar AS.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penurunan Surplus

Beberapa faktor utama yang diidentifikasi sebagai penyebab penurunan surplus neraca dagang meliputi:

  • Penurunan Ekspor Bulanan: Andry Asmoro memperkirakan ekspor akan mengalami penurunan signifikan sebesar 11,8 persen secara bulanan. Meskipun demikian, ekspor masih diperkirakan tumbuh 4,6 persen secara tahunan. Penurunan ini terutama dipicu oleh penurunan harga komoditas utama seperti batubara, minyak kelapa sawit (CPO), dan nikel. Sementara itu, harga CPO dan baja masih menunjukkan pertumbuhan positif secara tahunan.

  • Perlambatan Impor: Impor juga diperkirakan mengalami perlambatan, dengan penurunan sebesar 5,8 persen secara bulanan. Namun, secara tahunan, impor masih diprediksi tumbuh 5,5 persen. Penurunan bulanan ini sebagian dipengaruhi oleh low base dari tahun sebelumnya. Data perdagangan dari negara mitra utama Indonesia menunjukkan penurunan impor dari China, India, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang pada April 2025.

  • Faktor Musiman: Josua Pardede menyoroti faktor musiman sebagai penyebab perlambatan ekspor dan impor, terutama libur panjang Lebaran yang terjadi pada awal April 2025. Aktivitas ekspor cenderung melambat selama periode libur Idul Fitri.

  • Harga Komoditas yang Lebih Lemah: Harga komoditas utama seperti CPO dan batu bara yang lebih rendah juga berkontribusi pada penurunan ekspor bulanan.

  • Depresiasi Rupiah dan Harga Minyak: Harga minyak yang lebih rendah dan depresiasi Rupiah juga turut mempengaruhi penurunan impor.

Aktivitas Impor Dimajukan

Josua Pardede menambahkan bahwa kontraksi bulanan impor diperkirakan lebih kecil dibandingkan ekspor. Hal ini didorong oleh aktivitas impor yang dimajukan sebelum penerapan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat.

Secara keseluruhan, proyeksi penurunan surplus neraca dagang pada April 2025 mengindikasikan adanya perlambatan dalam aktivitas perdagangan Indonesia. Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk penurunan harga komoditas, faktor musiman, dan kebijakan perdagangan internasional.