Bank Indonesia Dorong Ketahanan Pangan Bali Melalui Pemberdayaan Kelompok Tani Cabai
Bali menunjukkan resiliensi ekonomi di tengah fluktuasi harga komoditas pangan. Inflasi tahunan di Bali berhasil dijaga stabil di angka 2,3 persen per April 2025, meskipun permintaan meningkat akibat hari besar keagamaan dan musim liburan.
Cabai, salah satu komoditas penyumbang inflasi, menjadi fokus perhatian. Bank Indonesia (BI) berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan kelompok tani melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga stabilitas harga.
Kelompok Tani Ternak (KTT) Mekar Nadi Sari di Tabanan, Bali, menjadi contoh sukses inisiatif ini. Berdiri sejak 2019, kelompok ini menghidupkan kembali tradisi desa sebagai "Kampung Cabai". Di bawah kepemimpinan I Nyoman Sudiyasa, 18 anggota kelompok ini membudidayakan cabai rawit merah dan cabai merah besar di lahan seluas 12 hektar.
Sejak 2023, BI memberikan pendampingan intensif kepada KTT Mekar Nadi Sari, meliputi pelatihan, bantuan alat mesin pertanian (alsintan) seperti traktor dan chopper, serta penerapan teknologi pertanian digital (digital farming). Salah satu inovasi utama adalah sistem irigasi fertigasi berbasis internet of things (IoT) bernama Smart Lite. Sistem ini memungkinkan petani mengontrol penyiraman lahan melalui aplikasi seluler, menghemat waktu dan tenaga secara signifikan.
"Dulu kami menyiram butuh waktu 30–40 menit, sekarang hanya 5 menit," kata Sudiyasa.
Berkat inovasi ini, produktivitas cabai rawit merah KTT Mekar Nadi Sari meningkat menjadi 4,8 ton per hektar. BI juga mendukung pembangunan Rumah Semai, greenhouse berukuran 9 x 16 meter dengan sistem iklim pintar, yang memungkinkan petani memproduksi benih cabai unggul secara mandiri.
KTT Mekar Nadi Sari mengembangkan ekosistem pertanian berkelanjutan. Mereka mengintegrasikan pertanian dengan peternakan sapi untuk menghasilkan pupuk kandang organik, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Kelompok ini juga memproduksi pestisida nabati sendiri dan menerapkan good agricultural practices (GAP).
Untuk meningkatkan nilai tambah produk, KTT Mekar Nadi Sari mengolah cabai menjadi sambal dan bubuk cabai bermerek "Sambal Bangah". Proses produksi dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan sistem bagi hasil panen. Hilirisasi ini bertujuan untuk memitigasi risiko penurunan harga cabai.
"Kalau harga pasar turun, cabai kami olah agar tetap bernilai," ujar Sudiyasa.
Produk olahan cabai ini telah dipasarkan ke restoran dan platform digital seperti Bosbox.id, serta didistribusikan melalui kemitraan dengan ID Food dan POS Indonesia.
Yang menggembirakan, KTT Mekar Nadi Sari berhasil menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian berkat pendekatan digital farming.
"Kalau dulu bertani dianggap kerja kasar, sekarang bisa dikerjakan sambil pegang handphone," kata Sudiyasa.
Pemberdayaan KTT Mekar Nadi Sari adalah contoh nyata sinergi kebijakan dalam menjaga inflasi pangan melalui produksi lokal, efisiensi distribusi, dan inovasi teknologi. Deputi Gubernur BI Aida S Budiman menekankan bahwa sinergi adalah kunci keberhasilan dalam menjaga inflasi dan ketahanan pangan.
"Ini adalah the power of we," kata Aida.
Inflasi tahunan Bali sebesar 2,3 persen per April 2025 menunjukkan bahwa Bali mampu mengendalikan harga di tengah peningkatan permintaan selama hari raya keagamaan dan sektor pariwisata yang bangkit.
BI berperan strategis dalam menjaga stabilitas harga pangan, tidak hanya sebagai penyedia bantuan teknis, tetapi juga sebagai policy orchestrator, terutama di wilayah dengan tantangan pasokan seperti Balinusra. Strategi 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif) menjadi landasan pengendalian inflasi pangan.
Deputi Kepala Perwakilan BI Bali Butet Linda H Panjaitan menjelaskan bahwa BI mendorong Gerakan Menanam di Pekarangan dan memperkuat Rumah Semai, seperti di KTT Mekar Nadi Sari, agar petani mandiri dalam produksi benih. BI juga mendorong hilirisasi produk, penguatan distribusi antardaerah, serta kolaborasi dengan sektor pariwisata melalui kemitraan dengan Perumda dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).