Arak Bali Unjuk Gigi di Pasar Internasional: Ekspor Perdana ke China Dimulai
Gubernur Bali, Wayan Koster, mengumumkan kabar gembira bagi industri minuman tradisional Bali. Arak Bali, khususnya yang berasal dari Kabupaten Buleleng, kini menembus pasar ekspor, dengan China menjadi tujuan pengiriman perdana.
Dalam acara pembukaan pameran UMKM Bali Jagadhita 2025 di Denpasar, Koster menyatakan bahwa ekspor arak ke China akan dimulai pada bulan Juni. Volume pengiriman perdana diperkirakan mencapai dua kontainer, atau sekitar 20.000 hingga 30.000 botol dengan berbagai ukuran.
Dipilihnya arak Buleleng sebagai produk ekspor bukan tanpa alasan. Koster menjelaskan bahwa arak dari wilayah ini memiliki cita rasa yang istimewa, sehingga mampu menarik perhatian para pengusaha dari negeri tirai bambu. Ketertarikan ini bermula dari riset yang dilakukan oleh pemerintah dan pelaku usaha China terhadap berbagai jenis minuman beralkohol di berbagai negara. Setelah melakukan penjelajahan dan mencicipi berbagai produk, pilihan mereka jatuh pada arak Bali, khususnya yang diproduksi di Buleleng.
Koster menekankan bahwa keberhasilan arak Bali menembus pasar internasional merupakan buah dari Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 1 Tahun 2020 tentang tata kelola minuman fermentasi dan/atau destilasi khas Bali. Pergub ini memberikan landasan hukum yang kuat untuk pengembangan dan pemasaran minuman tradisional Bali, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonominya dan kesejahteraan masyarakat Bali.
Pergub tersebut mengatur berbagai aspek terkait minuman fermentasi dan destilasi khas Bali, termasuk arak Bali, tuak, brem, produk artisanal, serta arak/brem yang digunakan dalam upacara keagamaan. Regulasi ini mencakup kemitraan usaha, promosi dan jenama, pembinaan, hingga pengawasan.
Koster juga membagikan pengalamannya mengonsumsi kopi dengan arak tanpa gula, yang menurutnya berkontribusi pada kesehatannya. Pernyataan ini semakin memperkuat citra arak Bali sebagai minuman tradisional yang memiliki nilai budaya dan kesehatan.
Keberhasilan ekspor arak Bali ke China menjadi momentum penting bagi pengembangan industri minuman tradisional Bali. Diharapkan, hal ini dapat membuka peluang ekspor ke negara-negara lain dan meningkatkan kesejahteraan para pelaku UMKM di Bali.